Kantamedia.com – Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian pasar atas hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) terkait suku bunga acuan yang akan diumumkan besok, Rabu (18/12/2024).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka melemah tipis 0,03% ke level Rp16.000 per dolar AS pada Selasa (17/12/2024). Posisi ini melanjutkan tren pelemahan serupa pada perdagangan kemarin (16/12/2024) yang juga turun 0,03%.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat turun 0,08% menjadi 106,77 pada pukul 09:00 WIB, lebih rendah dibandingkan posisi sebelumnya di angka 106,86.
Pelaku pasar saat ini bersikap wait and see menanti kebijakan suku bunga yang akan dirilis Bank Indonesia. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya menyatakan bahwa pelemahan mata uang tidak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga melanda mata uang di seluruh dunia akibat penguatan dolar AS. Meski demikian, Perry menilai depresiasi rupiah masih relatif terkendali.
“Memang seluruh negara mengalami depresiasi, tapi depresiasi rupiah termasuk yang kecil,” ujarnya dalam sebuah seminar nasional Kafegama, Senin (16/12/2024).
Perry menjelaskan bahwa penguatan dolar AS dipicu oleh dua faktor utama, yakni kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS dan meningkatnya defisit fiskal AS hingga 7,7%. Kondisi tersebut memaksa pemerintah AS untuk menerbitkan lebih banyak surat utang, sehingga menarik arus modal (capital reversal) kembali ke Negeri Paman Sam.
“Defisit fiskal yang besar dan suku bunga yang tinggi membuat dolar AS sangat kuat. Sebelum Trump terpilih, dolar dibandingkan mata uang negara-negara maju berada di level 101, sekarang sudah mencapai 107,” ungkap Perry.
Dengan dinamika ini, keputusan BI terkait suku bunga esok hari menjadi perhatian utama pasar untuk melihat arah kebijakan moneter ke depan dan dampaknya terhadap stabilitas rupiah. (Mhu)


