Cara Mengenali dan Membedakan Misinformasi dan Disinformasi di Internet

Cara Membedakan Misinformasi dan Disinformasi

Saat ini begitu banyak informasi keliru yang beredar di dunia maya, terutama media sosial. Banyak yang mengenal informasi keliru hanya dalam sebutan hoaks. Namun, ada juga informasi keliru yang hadir dalam bentuk misinformasi dan disinformasi.

Secara umum, perbedaan misinformasi dan disinformasi terletak pada ketidaktahuan atau tahunya seorang yang menyebarkan informasi keliru itu.

Misinformasi merujuk pada informasi keliru yang disebarkan tanpa disengaja. Misinformasi dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain kecerobohan pengirim, salah pengetikan atau pengutipan sumber, serta ketidaktahuan atau keterbatasan pemahaman pengirim. Walaupun tidak dilatarbelakangi oleh niat jahat, misinformasi tetap saja dapat menyebabkan salah paham.

Contoh misinformasi adalah ketika seorang karyawan keliru memilih ilustrasi untuk ditampilkan pada situs web perusahaan. Contoh lainnya, saat seseorang salah mengutip referensi di dalam publikasi artikel.

Sebagai contoh, seorang pemilik bisnis sengaja menyebarkan berita bohong tentang kompetitornya dengan tujuan merusak reputasi kompetitor dan memanipulasi persepsi pembeli mengenai merek kompetitor.

Disinformasi adalah informasi keliru yang sengaja disebarluaskan dengan niat untuk menyesatkan atau memanipulasi orang banyak. Penyebar disinformasi biasanya memiliki motif tertentu, seperti memengaruhi persepsi seseorang, menciptakan kepanikan atau kecemasan, dan membentuk ketidakpercayaan pada organisasi tertentu.

Cara Menghadapi Disinformasi

Ada beberapa cara menghadapi disinformasi di media online. Yang pertama adalah berhenti dan pikirkan informasi yang Anda temukan. Memercayai apa yang dikatakan dokter tentang efek vaksin atau pengobatan secara online, hanya karena mereka mengenakan jas lab putih di video adalah hal yang tidak benar, karena siapapun bisa berperan sebagai dokter secara online. Maka dari itu kita harus berfikir logis dengan semua informasi yang kita dapatkan.

Kedua, teliti dan verifikasi semua yang Anda temukan. Media sosial sering kali digunakan untuk menyebarkan kepalsuan dan kebohongan. Maka dari itu cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan memeriksa situs berita yang obyektif, dan mengikuti halaman pengecekan fakta yang menyelidiki informasi-informasi hoaks yang berseliweran di ruang digital.

Ketiga, letakkan setiap bagian data dalam perspektif. Dengan menggunakan berbagai sumber yang sah dan menyaring berbagai sudut pandang. Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik, tentang sesuatu yang orang lain anggap relevan dan menarik.

Dan terakhir, tetap tenang dan berusaha untuk tidak terprovokasi, karena pendapat yang jelas-jelas salah. Meskipun perdebatan bisa memanas, seperti halnya pelaku intimidasi pada umumnya, troll online berkembang pesat karena provokasi, jangan mencoba untuk melegitimasi posisi mereka dengan mengambil umpan seperti yang mereka katakan.

Oleh karena itu, kita semua perlu lebih cermat dalam menerima dan membagikan informasi. Jangan buru-buru menyebarluaskan informasi ke orang lain sebelum memastikan terlebih dahulu kebenarannya. Cek sumber informasinya dan jika perlu, bandingkan dengan informasi dari sumber yang lain. Pastikan informasi yang dibagikan bukan tergolong misinformasi, disinformasi, ataupun malinformasi. (*/jnp)

Bagikan berita ini