Curah Hujan Tinggi Ganggu Pasokan, Inflasi Kalteng Naik 0,19 Persen

Palangka Raya, Kantamedia.com  – Provinsi Kalimantan Tengah mencatat inflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,19 persen pada November 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat dari 108,64 pada Oktober menjadi 108,85 pada November.

Statistisi Ahli Madya BPS Kalteng, M. Taufiqurrahman, menyebut kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang terbesar inflasi bulanan dengan andil 0,06 persen. Komoditas utama pendorong inflasi m-to-m antara lain:

  • ikan gabus (0,12 persen)

  • emas perhiasan (0,06 persen)

  • angkutan udara (0,04 persen)

  • terong (0,04 persen)

  • bayam (0,04 persen)

  • tomat (0,04 persen)

Secara tahunan, inflasi year-on-year (y-on-y) tercatat 2,56 persen, sementara inflasi year-to-date (y-to-d) hingga November mencapai 2,07 persen, menunjukkan tekanan harga masih terkendali di tengah dinamika pasokan pangan dan fluktuasi global.

Menurut Taufiqurrahman, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberi andil terbesar terhadap inflasi tahunan sebesar 1,18 persen, dengan komoditas dominan penyumbang inflasi y-on-y yaitu:

  • emas perhiasan (0,60 persen)

  • sigaret kretek mesin (0,16 persen)

  • beras (0,14 persen)

  • kopi bubuk (0,11 persen)

  • telur ayam ras (0,10 persen)

Dari sisi wilayah, Kapuas dan Palangka Raya tercatat mengalami inflasi bulanan, sementara dua daerah lain mengalami deflasi m-to-m. Namun seluruh kabupaten/kota di Kalteng tetap mengalami inflasi secara tahunan. Emas perhiasan dan terong menjadi komoditas dominan penyumbang inflasi bulanan di berbagai daerah.

BPS menjelaskan kenaikan harga ikan gabus, bayam, dan terong dipengaruhi curah hujan tinggi yang menurunkan hasil tangkapan dan merusak tanaman, sehingga pasokan berkurang. Sementara kenaikan harga emas perhiasan dipicu peningkatan harga emas dunia, dan melimpahnya daging ayam ras membantu menahan tekanan inflasi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa inflasi Kalteng pada November lebih dipengaruhi gangguan pasokan akibat cuaca dan dinamika harga global, bukan dorongan permintaan. Pemerintah daerah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diharapkan terus mengoptimalkan stabilisasi pasokan pangan agar daya beli masyarakat tetap terjaga. (Daw).

Bagikan berita ini
Bsi
Premium Wordpress Themes