Palangka Raya, Kantamedia.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah mencatat penurunan signifikan pada luas panen dan produksi padi sepanjang tahun 2025. Berdasarkan Survei Kerangka Sampel Area (KSA) hingga September, luas panen padi diperkirakan hanya 96,94 ribu hektare, turun 12,68 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, menyampaikan bahwa penurunan luas panen berdampak langsung pada volume produksi gabah dan beras untuk konsumsi masyarakat.
“Produksi padi Kalimantan Tengah pada tahun 2025 diperkirakan hanya mencapai 329,39 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG), turun sekitar 36,76 ribu ton atau 10,04 persen dibandingkan tahun 2024,” ujar Agnes dalam rilis resmi, Senin (3/11/2025).
Jika dikonversi ke beras, produksi tahun ini diperkirakan sebesar 195,66 ribu ton, turun 21,83 ribu ton dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini menjadi tantangan serius bagi ketahanan pangan daerah, terutama di sentra produksi seperti Kapuas dan Pulang Pisau.
Puncak panen terjadi pada Agustus 2025 dengan luas panen 20,43 ribu hektare, namun tetap lebih rendah 18,32 persen dibandingkan Agustus 2024. Potensi panen Oktober–Desember hanya sekitar 9,22 ribu hektare, menunjukkan lemahnya siklus panen akhir tahun.
Produksi padi Januari–September tercatat 351,28 ribu ton, turun 7,64 persen dari periode yang sama tahun lalu. Potensi produksi Oktober–Desember diperkirakan 32,81 ribu ton, menandakan tren penurunan berlanjut hingga akhir tahun.
Secara spasial, Kapuas dan Pulang Pisau mengalami penurunan tajam. Kapuas turun 22,92 persen menjadi 115,18 ribu ton GKG, sementara Pulang Pisau turun 14,74 persen menjadi 85,57 ribu ton. Sebaliknya, Kotawaringin Barat dan Seruyan mencatat peningkatan produksi masing-masing 67,12 persen dan 69,53 persen.
“Penurunan terbesar terjadi di wilayah tengah seperti Kapuas dan Pulang Pisau. Namun beberapa wilayah barat seperti Kotawaringin Barat dan Seruyan justru menunjukkan peningkatan produksi berkat stabilitas cuaca dan pengelolaan lahan yang lebih baik,” jelas Agnes.
Luas panen Januari–September tercatat 87,72 ribu hektare, turun 10 persen dari tahun sebelumnya. Potensi panen akhir tahun diperkirakan 9,22 ribu hektare, dipengaruhi oleh faktor iklim dan pergeseran musim tanam.
BPS juga mencatat bahwa keterbatasan irigasi dan akses pupuk memperlambat laju panen di beberapa wilayah, termasuk Barito Selatan dan Murung Raya yang terdampak perubahan pola curah hujan.
Angka tahun 2025 yang dirilis masih bersifat sementara dan akan diperbarui setelah data Subround III diterima. Namun, tren penurunan dua digit menunjukkan tantangan struktural dalam sistem pangan daerah.
“Kalimantan Tengah harus memperkuat strategi ketahanan pangan daerah, terutama dengan optimalisasi irigasi, perluasan sawah produktif, serta penguatan program pascapanen,” pungkas Agnes. (Daw).



