Kisah Perjalanan Spiritual Yahya Waloni, dari Pendeta yang Masuk Islam hingga Meninggal di Masjid

Kantamedia.com – Pendakwah ustaz Muhammad Yahya Waloni (55) meninggal dunia saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Darul Falah, Kelurahan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/6/2025).

Kabar meninggalnya Yahya Waloni viral di media sosial. Semasa hidupnya, ia beberapa kali menjadi sorotan publik karena pernyataan kontroversinya.

Yahya merupakan mantan pendeta yang memeluk Islam. Setelah menjadi muslim, pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara pada 30 November 1970 itu kemudian mendalami Islam dan melanjutkan perjuangan di jalan dakwah.

Dia terlahir sebagai seorang Kristen dengan nama Yahya Yopie Waloni. Pria berdarah Minahasa itu mendalami Kristen hingga mendapat gelar doktor dari Institut Theologia Oikumene Imanuel Manado pada 2004.

Masa muda Yahya tergolong nakal bahkan ia memiliki tato di tubuhnya yang kini sudah dihapus.

Yahya pernah menjadi ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong, Papua Barat pada 2000-2004. Ia juga sempat menjadi rektor Sekolah Tinggi Teologi Eben-Haezer, Sumatera Selatan. Sebagai pemimpin kampus Kristen, ia melahirkan banyak pendeta.

Tetapi benih hidayah menghampirinya hingga tertarik belajar Islam. Ia juga beberapa kali mengalami peristiwa spiritual yang membuatnya makin tertantang untuk mencari kebenaran.

Sebenarnya saat beranjak remaja, Yahya Waloni pernah tertarik dengan Islam. Bahkan pernah sekali waktu datang ke masjid, tetapi begitu ketahuan oleh ayahnya yang seorang tentara, Yahya langsung dipukul. Sang ayah mengancam akan menggantungnya jika berani datang ke masjid lagi.

Sekali waktu, Yahya bertemu seorang penjual ikan yang mengaku bernama Sappo di Tanah Abang, Panasakan, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Sappo dalam Bahasa Bugis artinya sepupu.

Sappo mengaku tidak lulus SD, tetapi dia mahir bercerita tentang Islam. Yahya tertarik dengan pengetahuan temannya itu hingga keduanya terlibat dialog panjang tentang Islam.

Tetapi, Yahya hanya tiga kali bertemu Sappo. Setelah itu sang pria lenyap tak berjejak. Yahya sempat mencari tahu keberadaannya karena makin penasaran ingin berdiskusi dengan si penjual ikan itu, tetapi hasilnya nihil.

Yahya Waloni terus mencoba mempelajari Islam hingga ia menemukan ada relasi kuat antara Nabi Ibrahim, Nabi Isa, hingga Nabi Muhammad SAW. Ia mulai meragukan kedudukan Isa atau Yesus Kristus sebagai Tuhan.

Keinginan Yahya masuk Islam saat itu mulai muncul, sampai ia sempat berkonflik dengan istrinya Lusiana. Rumah tangganya hampir bubar karena sang istri minta cerai dan menolak masuk Islam.

Sekali waktu pada malam 17 Ramadan 2006, Yahya bermimpi bertemu dengan sosok berpakaian serbaputih. Ia sempat demam setelah melihat peristiwa aneh dalam mimpi, yakni ada dua perempuan masuk ke dalam pintu yang terbuka dan satu di antaranya tersengat api.

Yahya menceritakan mimpinya itu ke Lusiana. Diluar dugaan, sang istri justru langsung menangis mendengarnya. Karena ternyata dia juga mengalami mimpi yang sama dengan suaminya.

Akhirnya keduanya membulatkan tekad masuk Islam. Keduanya mengucapkan dua kalimat syahadat dituntut oleh ustaz Komarudin Sofa, sekretaris pimpinan cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli pada Rabu (11/10/2006).

Setelah masuk Islam, nama Yahya Yopie Waloni diganti menjadi Muhammad Yahya Waloni. Istrinya dari Lusiana menjadi Mutmainnah. Pasangan suami istri ini memiliki tiga anak.

Setelah menjadi mualaf, Yahya makin rajin mendalami Islam hingga ia beralih profesi jadi pendakwah. Tetapi dalam berdakwah, Yahya beberapa kali membuat pernyataan kontroversi dan menyerang Kristen, agama lamanya.

Yahya Waloni bahkan pernah dilaporkan polisi hingga dipenjara selama 5 bulan pada 2022 karena melakukan ujaran kebencian terkait SARA dan penodaan agama.

Keluar penjara Yahya menyatakan tobat. Ia mengakui kesalahannya yang dahulu kerap menyerang ritual agama lain. Tetapi, kegiatannya berdakwah tetap berlanjut.

Pada Jumat (6/6/2025) siang yang bertepatan dengan Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, Yahya Waloni diundang untuk mengisi khotbah salat Jumat di Masjid Darul Falah, Rappocini, Makassar, setelah menyaksikan penyembelihan hewan kurban.

Di atas mimbar, Yahya tampak tegar memberi pesan-pesan tauhid di hadapan ratusan jemaah yang memenuhi masjid. Ia berkisah perjuangan Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah Swt menyembelih anaknya Nabi Ismail dan mengajak jemaah senantiasa bertakwa.

Setelah selesai khotbah pertama yang diselingi dengan duduk sejenak, Yahya bangkit untuk melanjutkan khotbah kedua. Tetapi tubuhnya mulai sempoyongan hingga jatuh dari mimbar.

Jemaah langsung memberi pertolongan dan membawa Yahya Waloni ke rumah sakit. Tetapi tim medis menyatakan sang pendakwah sudah meninggal dunia. (*)

TAGGED:
Bagikan berita ini