Mengenal Habib Umar bin Hafidz, Ulama Yaman yang Dicintai Muslim Indonesia

Mengutip dari Wikipedia, Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 bertepatan dengan 4 Muharram 1383 Hijriyah, adalah seorang ulama dunia era modern. Ia kini tinggal di Tarim, Yaman tempat ia mengawasi perkembangan sekolah Darul Musthafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah manajemennya.

Ia adalah anak dari Muhammad anak dari Salim bin Hafiz bin Abd-Allah bin Abi Bakr bin ‘Aidarous bin al-Hussain bin al-Shaikh Abi Bakr bin Salim bin ‘Abd-Allah bin ‘Abd-al-Rahman bin ‘Abd-Allah bin al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf bin Muhammad Maula al-Daweela bin ‘Ali bin ‘Alawi bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Sahib al-Mirbat bin ‘Ali Khali‘ Qasam bin ‘Alawi bin Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Ubaidallah bin al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Uraidi bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zain al-‘Abidin bin Hussain bin ‘Ali bin Abu Talib dan Fatimah al-Zahra anak dari Muhammad SAW.

Masa Kecil Habib Umar bin Hafidz

Umar mampu menghafal Al-Qur’an sejak kecil dan juga menghafal berbagai teks inti dalam fikih, hadits, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang beraliran sama dengan banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim.

Ia juga mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya, Muhammad bin Salim, yang darinya ia semakin mendalami dakwah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan.

Suatu ketika, saat Umar masih kecil, ia sedang menemani ayahnya untuk salat Jumat, ayahnya diculik oleh golongan komunis dan ia sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi.

Ini menyebabkan Umar menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang dakwah harus dilanjutkan. Sejak saat itu, ia mulai mengumpulkan orang-orang dan membentuk majelis-majelis dakwah.

Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di masjid-masjid setempat yang di sana ia ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Mengembangkan Pendidikan

Karena kepandaiannya dalam menghafal kitab suci, Umar kemudian dikirim ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara untuk semakin memperdalam bidangnya tersebut.

Kehidupan baru Umar di Kota Al Bayda dimulai. Ia masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ dan belajar ilmu-ilmu tradisional di bawah bimbingan ahli dari Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar dan juga di bawah bimbingan ulama mazhab Syafi‘i Zain bin Sumait. Tak lama kemudian, ia ditunjuk sebagai guru. Ia terus melanjutkan dakwahnya.

Bagikan berita ini