Hut Ri

Banjir Kapuas Meluas, 4.166 Rumah Warga di 14 Desa Terendam

Kuala Kapuas, Kantamedia.com – Banjir di Kabupaten Kapuas, meluas setelah hujan intensitas tinggi masih sering terjadi dan memicu luapan DAS Kapuas. Data per 1 April 2023 pukul 21.00 WIB, sebanyak 4.166 rumah di 14 desa terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) 40-130 sentimeter.

Adapun 14 desa tersebut berada di dua wilayah kecamatan yang rinciannya meliputi Desa Marapit, Desa Tapen, Desa Kota Baru, Desa Pujon, Desa Bajuh, Desa Penda Muntei, Desa Kayu Bulan, Desa Manis dan Desa Karukus di Kecamatan Kapuas Tengah.

“Berikutnya adalah Desa Petak Puti, Desa Tumbang Randang, Desa Lungkuh Layang, Desa Lawang Kamah dan Desa Lawang Kajang di Kecamatan Timpah,” kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Minggu (2/4/2023).

Pusdalops BPBD Kabupaten Kapuas mendata ada sebanyak 16.234 jiwa dari 5.357 KK telah terdampak banjir yang terjadi sejak Rabu (29/3/2023).

Kendati demikian, hingga saat ini tidak ada warga yang mengungsi dan memilih bertahan di rumahnya masing-masing.

“Di sisi lain, BPBD Kabupaten Kapuas juga merinci fasilitas umum yang terdampak ada sebanyak 36 unit, rumah ibadah 35 unit, sarana kesehatan 11 unit dan akses jalan 67 titik,” bebernya.

Penyakit Mulai Menyerang Warga

Dalam laporan tertulis Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kapuas Panahatan Sinaga, banjir di wilayah tersebut telah menyebabkan sedikitnya 39 warga mulai terserang penyakit berupa gatal-gatal. Selain itu ada seorang warga yang dirawat di posko kesehatan karena mengalami diare dan muntah-muntah.

Panahatan mengatakan seluruh warga yang mengalami keluhan kesehatan telah mendapatkan perawatan intensif dari UPT Puskesmas Pujon di bawah naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas, yang juga selalu dikawal Babinsa dan Bhabinkamtimbas setempat.

“Korban sakit rata-rata keluhan gatal-gatal kulit sudah mendapatkan tindakan medis oleh Dinkes Kabupaten Kapuas,” jelas Panahatan.

Lebih lanjut, kondisi terakhir yang dapat dilaporkan dari lapangan adalah bahwa banjir yang merendam sembilan desa di Kecamatan Kapuas Tengah mulai mengalami penurunan. Hasil pantauan terakhir TMA berkisar antara 10-50 sentimeter atau turun 30 sentimeter.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kapuas juga mengatakan bahwa banjir yang sebelumnya merendam kawasan Pasar Desa Pujon telah surut. Sedangkan lima desa di Kecamatan Timpah menurut Panahatan masih terendam banjir dengan TMA 40-130 sentimeter. Hingga sejauh ini kondisi cuaca di sekitar lokasi terpantau cerah berawan.

“Sebagian di wilayah komplek pasar Desa Pujon sudah tidak terendam. Untuk kondisi banjir di lima desa di Kecamatan Timpah kondisi air masih bertahan,” imbuhnya. Diberitakan sebelumnya, banjir melanda wilayah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada Rabu (29/3/2023).

Banjir tersebut dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi hingga membuat Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas meluap. Berdasarkan Surat Pernyataan Tanggap Darurat Bencana Banjir bernomor 360/94/BPBD Tahun 2023, yang ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Kapuas pada Kamis (30/3/2023), seluruh OPD di lingkungan Pemkab Kapuas terus melakukan upaya penanganan darurat.

Daya Serap Tanah Rendah

Manajer Advokasi dan Kajian WALHI Kalimantan Tengah, Janang Firman Palanungkai, mengatakan banjir yang melanda wilayah Kecamatan Kapuas Tengah Kabupaten Kapuas diduga akibat daya serap tanah yang kurang baik.

Menurutnya, daya serap tanah kurang baik disebabkan adanya pembukaan lahan untuk areal tambang sehingga vegetasi hutan yang ada di atasnya menghilang.

“Ekosistem yang hilang menyebabkan daya tampung tanah untuk menyerap air mengurang dan berdasarkan analisis data spasial perizinan di Kabupaten Kapuas yang berada di DAS Kapuas, di daerah hulu DAS terindikasi ada kegiatan pembukaan hutan untuk lahan perkebunan besar sawit di Kecamatan Kapuas Tengah,” katanya melalui rilis pers yang diterima Jumat (31/3/2023).

Menurut Janang, selain adanya pembukaan lahan oleh konsesi perkebunan, ada pembukaan lahan untuk tambang sepanjang DAS Kapuas yang menjadi salah satu penyebab utamanya.

Ia menambahkan adanya perubahan tutupan lahan yang signifikan juga akan mempengaruhi daya serap tanah.

“Adanya pendangkalan (sedimentasi) di anak-anak sungai Kapuas menyebabkan sungai tidak mampu menampung debit air hujan, yang menyebabkan terjadinya banjir di bantaran sungai hingga ke bantaran sungai besar” lanjutnya.

WALHI Kalteng juga mengingatkan pemerintah mengenai pentingnya melakukan audit dan kajian lingkungan untuk mengidentifikasi areal dan wilayah rawan bencana ekologis seperti banjir dan karhutla. Setelah audit agar segera dilakukan pemulihan dan memastikan tutupan hutan dan ekosistem gambut tersisa di Kalteng untuk dapat dilindungi dan dipertahankan sesuai fungsinya. (*/jnp)

Bagikan berita ini