Palangka Raya, kantamedia.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Tengah memaparkan sejumlah program inovatif dalam rangka mempercepat penurunan prevalensi stunting. Hal ini disampaikan Kepala BKKBN Kalteng, Muhammad Efendi, dalam acara Penilaian Kinerja Kabupaten/Kota Aksi Konvergensi Penurunan Stunting Tahun 2025 di Palangka Raya, Senin (30/6/2025).
Efendi menekankan bahwa penurunan stunting bukan sekadar soal pemenuhan gizi, tetapi menyangkut ekosistem pengasuhan yang komprehensif. “Kami menginisiasi berbagai gerakan seperti GENTING, TAMASYA, GATI, SIDAYA, hingga pemanfaatan teknologi berbasis AI lewat AI-SUPER APPS, sebagai upaya memperkuat intervensi di tingkat keluarga,” jelasnya.
Program GENTING atau Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, menjadi ujung tombak pelibatan sektor swasta dalam penanganan stunting. Program ini mengajak perusahaan menyalurkan dana CSR kepada keluarga berisiko stunting (KRS), dengan skema bantuan berupa nutrisi harian senilai Rp15.000/orang, akses air bersih, perbaikan rumah tidak layak, dan edukasi pengasuhan.
“GENTING menyasar ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta 0–23 bulan. Ini mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang krusial untuk tumbuh kembang anak. Kita dorong perusahaan menjadi Orang Tua Asuh yang memberikan bantuan langsung dan terukur,” ujar Efendi.
Di sisi lain, TAMASYA (Taman Asuh Anak Berkualitas) hadir sebagai ruang edukatif untuk anak usia dini. Di tempat ini, anak bisa bermain sambil belajar, didampingi pengasuh bersertifikat, psikolog, dan dokter spesialis anak. Tumbuh kembang anak dipantau secara bulanan.
Untuk menjawab tantangan fatherless society, BKKBN menghadirkan GATI (Gerakan Ayah Terlibat). “Ayah bukan hanya pencari nafkah, tapi figur pengasuh. Lewat GATI, kami bentuk komunitas ayah teladan dan dorong keterlibatan ayah dalam setiap proses tumbuh kembang anak,” terang Efendi.
Upaya ini turut didukung oleh SIDAYA (Sinergi Lansia Berdaya), yang memberdayakan lansia dalam peran produktif melalui edukasi, wirausaha, dan pelayanan kesehatan. “Kita pastikan lansia tetap sehat dan bahagia, karena pengasuhan lintas generasi juga memberi dampak pada keluarga,” ujarnya.
Transformasi digital juga menjadi bagian dari strategi BKKBN. Efendi memperkenalkan AI-SUPER APPS, aplikasi pintar berbasis kecerdasan buatan yang menyediakan layanan informasi dan konseling gratis bagi masyarakat, termasuk Gen Z dan milenial.
“Semua layanan ini terintegrasi. Kita ingin stunting ditangani dengan teknologi, kemitraan, dan pendekatan keluarga. Pemerintah kabupaten/kota dan sektor swasta memiliki peran masing-masing dan harus saling menguatkan,” tegasnya.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Kalimantan Tengah tercatat 22,1 persen atau turun 1,4 persen dari tahun sebelumnya. Meski menurun, capaian ini masih di atas rata-rata nasional sebesar 19,8 persen.
“Artinya kita harus kerja lebih keras. Penurunan stunting bukan agenda tahunan, tapi investasi jangka panjang. Target Kalteng tahun ini 20,6 persen, dan kita ingin semua daerah ambil bagian secara aktif,” pungkas Efendi. (daw)