Kantamedia.com, Palangka Raya – Musim Kemarau yang terjadi di wilayah Kalimantan Tengah, membuat berbagai pihak harus meningkatkan kewaspadaannya. Apalagi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kota Palangka Raya setiap harinya kian meningkat.
Seperti yang terjadi didaerah Petuk Ketimpun Kota Palangka Raya, petugas gabungan yakni dari BPBD dan juga dari Provinsi Kalteng bersama tim relawan berjibaku memadamkan api yang membakar lahan milik warag dengan luasan yang terbakar sekitar 5 hektar.
dalam satu hari saja terdapat empat titik kebakaran di Kota Palangka raya. Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, bersama tim relawan bersama-sama memadamkan.
Kepala BPDB Kota Palangka Raya, Emi Abriyani mengatakan, Kemarau Kering ini di Kota Palangka Raya, setidaknya ada empat titik kebakaran dalam setiap harinya. karhutla yang tebakar adalah milik warga setempat, petugas membutuhkan waktu sekitar 2 jam lebih untuk memadamkan lahan tersebut.
“Saat ini, tim sudah melakukan pendinginan di kawasan lahan yang terbakar dan pendinginan dilakukan agar api benar-benar padam sehingga petugas bisa meninggalkan tempat tersebut,”ucap Emi Abriyani, Minggu, (13/08/2023).
Emi Mengungkapkan, selama karhutla terjadi kendala yang sering dihadapi oleh tim salah satunya adalah akses masuk kejalan tempat kejadian, dimana tim sangat kesulitan tatkala mengangkat mesin kedalam kawasan yang sulit terjangkau dengan sumber air.
“Untuk kondisi Karhutla di Kota Palangka Raya saat ini sudah ada empat titik yang terbakar, dalam menangani karhutla pihaknya telah membagi tim bersama Satgas dari Provinsi dan Kota Palangka Raya untuk menangani kebakaran,”katanya.
Emi menambahkan, Untuk di Kota Palangka Raya pertanggal 12 Agustus 2023, luasan lahan yang terbakar sekitar 61,33 hektar akibat karhutla. Sementara daerah paling rawan Karhutla adalah berada di Kecamatan Jekan Raya, yang meliputi Kelurahan Petuk Katimpun dan Bukit Tunggal, pihaknya juga tak lepas memperhatikan Kecamatan Sebangau, karena didaerah tersebut juga sering mengalami Karhutla.
“Jika sebelumnya lahan yang terbakar hanya setengah hektar, namun untuk saat ini luasan yang terbakar sudah mencapai satu hektar, mengingat cuaca yang cukup panas ektrem sehingga luasan lahan yang terbakarpun semakin banyak,”ungkapnya.
Emi mengimbau, pada musim kemarau kering yang dibarengi dengan cuaca panas ektrem, masyarakat untuk tidak membakar lahan dengan cara dibakar, karena hal ini tetntunya akan berdampak pada kesehatan dan juga perekonomian ikut terganggu. (Mhu*)