PALANGKA RAYA, kantamedia.com – Dalam paparannya, Andreas menekankan penguatan internal kampus sebagai visi utama. Ia menilai gerakan mahasiswa UPR tidak seharusnya hanya mengikuti isu nasional, melainkan juga mengangkat isu-isu lokal Kalimantan Tengah untuk didorong ke tingkat nasional. “Masalah internal kampus harus jadi prioritas, jangan tenggelam di isu besar luar,” tegasnya. Rabu (20/8)
Menurut Andreas, tantangan terbesar mahasiswa saat ini adalah persaingan yang semakin ketat, terutama bagi mahasiswa asal Kalteng. Karena itu, ia ingin mendorong mahasiswa lebih aktif bersuara dan bergerak dalam isu nyata daerah, termasuk transmigrasi dan perkebunan sawit.
Pengalaman organisasinya dimulai dari staf himpunan prodi, aktif di jurusan, staf DPM, hingga menjabat Wakil Gubernur BEM. “Saya menapaki dari bawah, jadi paham persoalan mahasiswa di tingkat jurusan, fakultas, hingga universitas,” ujarnya.
Terkait kontestasi, Andreas menyebut kondisinya masih cair tanpa kepastian pasangan calon. Meski begitu, timnya sudah disiapkan sejak lama. “Biasanya pasangan lintas fakultas untuk memperluas basis suara, tapi sekarang belum bisa saya umumkan,” jelasnya.
Baginya, lawan bukan soal siapa yang paling berat, tetapi bagaimana setiap calon menyiapkan diri. “Semua punya kelebihan masing-masing. Kuncinya mempersiapkan tim dengan baik,” katanya.
Ke depan, Andreas berkomitmen menjadikan BEM UPR sebagai mitra kritis sekaligus strategis bagi pemerintah daerah, civitas akademika, hingga level nasional. “Namun fokus utamanya tetap isu internal kampus dan daerah kita di Kalimantan Tengah. Itu komitmen saya,” pungkasnya. (daw)