Kantamedia.com — Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menepis anggapan keliru terkait penyakit kusta yang masih dianggap sebagai kutukan dan aib sosial. Ia menegaskan, kusta adalah penyakit yang bisa disembuhkan total jika ditangani sejak dini, namun stigma yang mengakar membuat banyak penderita enggan mencari pengobatan.
“Obatnya ada dan gratis. Tapi karena takut diejek, dikira kena kutukan, akhirnya orang enggan lapor. Akibatnya terlambat ditemukan, menular, bahkan bisa sebabkan disabilitas,” ujar Menkes Budi dilansir dari CNBC Indonesia, saat kunjungan kerja di Serang Baru, Kabupaten Bekasi.
Ia menjelaskan bahwa penularan kusta membutuhkan kontak erat dan berkepanjangan—berbeda dengan COVID-19—sehingga tidak perlu ada ketakutan berlebihan selama pasien dalam masa pengobatan.
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti keterkaitan antara kusta dan kemiskinan. Ia menggagas bantuan Rp1 juta per bulan untuk meningkatkan gizi pasien dan insentif Rp10 juta bagi tenaga kesehatan yang berhasil mendampingi pasien hingga sembuh.
Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang turut menegaskan komitmen daerah melalui pembangunan berbasis desa, termasuk rehabilitasi rumah tidak layak huni bagi penyintas kusta.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bekasi, dr. Alamsyah, merilis data terbaru: terdapat 121 kasus kusta baru per Juni 2025, termasuk enam pada anak-anak, menandakan masih adanya penularan aktif dalam keluarga.
“Ini bukan aib. Ini saatnya ubah persepsi,” tegas Alamsyah, seraya mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menghapus stigma dan mempercepat eliminasi kusta.
Program penanganan kini dilaksanakan secara terpadu oleh fasilitas kesehatan, kader desa, dan mitra seperti NLR Indonesia. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak takut melapor dan segera mengakses layanan pengobatan yang tersedia secara gratis. (Mhu).



