Hut Ri

Tren Kesenjangan Sosial di TikTok, Sindiran Nyata dengan Bercanda

Bisa Jadi Cermin Sosial

Meski hanya berdurasi beberapa detik, video-video ini jadi cerminan nyata tentang bagaimana realitas sosial terbentuk di masyarakat. Nggak semua orang punya akses yang sama terhadap hal-hal dasar seperti air panas untuk mandi, kendaraan pribadi, atau bahkan sekadar pagar rumah.

Sisi menarik dari tren ini adalah kemampuannya membuat orang lebih aware tanpa merasa dihakimi. Seolah-olah, TikTok menjadi ruang publik yang membuka mata lewat tawa. Sebuah sindiran yang tidak terasa menyakitkan, tapi tetap menyadarkan.

Melihat antusiasme pengguna TikTok dan banyaknya konten kreator yang ikut meramaikan, sepertinya tren kesenjangan sosial ini masih akan bertahan. Apalagi gaya bercandanya yang fleksibel dan bisa terus berkembang sesuai situasi. Tapi, tentu saja, semua kembali pada bagaimana masyarakat menanggapinya.

Kalau digunakan secara bijak dan tidak menyinggung secara personal, tren ini bisa jadi cara baru untuk membicarakan isu ketimpangan secara lebih santai dan terbuka. Tapi kalau sampai kebablasan atau mulai mengarah ke body shaming atau poverty shaming, ya… bisa jadi bumerang juga.

Jadi, lain kali kalau kamu lihat video lucu tentang pagar rumah atau kipas angin yang disangka motor, coba deh pikir lagi—barangkali ada pesan penting di balik tawa itu.

Dan seperti kata sosiolog Drajat Tri Kartono, “Kata-kata seperti itu selalu efektif dipakai selama tidak membuat orang merasa terhina.”

So, tertawa boleh, asal jangan lupa empati juga, ya!

Bagikan berita ini