Kantamedia.com – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengakui belum menemukan dalang pelaku peretasan terhadap server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang berada di Surabaya. Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan, pihaknya baru menemukan indikasi-indikasi untuk memburu pelaku.
“Tentu untuk pelaku ini belum bisa, pak. Kita baru menemukan indikasi-indikasi, yang nanti dari indikasi ini akan kita olah untuk menemukan si pelaku,” kata Hinsa, dalam Rapat Kerja bersama Komisi I DPR RI, di Gedung DPR RI, Kamis (27/6/2024).
Hinsa menyebut BSSN telah menerima tawaran dari 19 negara untuk membantu memburu pelaku. Menurut dia, negara-negara itu merupakan negara yang bekerja sama dengan Indonesia terkait keamanan siber.
“Mereka menawarkan juga, dan tentunya karena ini masih dalam proses forensik ini, kita tunggu dulu, yang hasil dari tim kita ini, baru nanti bisa kita koordinasikan bagaimana bentuknya kerja sama,” kata Hinsa.
Hinsa menyoroti masalah utama yang menjadi akar permasalahan serangan siber terhadap PDN Sementara di Surabaya.
“Permasalahan utamanya adalah tata kelola dan tidak adanya back up data yang memadai,” ungkap Hinsa.
Ia menambahkan bahwa seharusnya Kominfo sudah menyiapkan sistem backup data yang menyeluruh di pusat PDN yang berlokasi di Batam, mengacu pada Peraturan Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 4 Tahun 2021. Pasal 35 ayat 2e dari peraturan tersebut memerintahkan backup informasi dan perangkat lunak di Pusat Data Nasional secara berkala.
Hinsa menjelaskan bahwa dalam serangan tersebut, Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) Surabaya tidak memiliki cadangan data. Sementara itu, di PDNS Batam hanya dua persen data yang tercadangkan.
Diketahui, server PDNS 2 lumpuh diserang ransomware Lockbit 3.0. PDNS 2 yang berlokasi di Surabaya itu diretas sejak 20 Juni 2024. Akibat peretasan ini, sebanyak 210 instansi pemerintah terdampak dan layanan publik berbasis digital terganggu.
Selain PDN Sementara di Surabaya yang lumpuh karena serangan ransomware, dua pusat data lainnya, yakni di Serpong dan Batam, masih aktif.
BSSN, Kominfo, dan Telkom telah mengisolasi koneksi dari setiap PDN sementara sejak serangan ransomware terjadi. Pemerintah terus berupaya memulihkan layanan yang terdampak, dengan target pemulihan sekitar 18 penyewa hingga akhir Juni 2024, di mana lima penyewa sudah berhasil dipulihkan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyebut, peretas PDNS 2 meminta uang tebusan sebesar 8 juta dolar AS atau setara Rp131 miliar kepada pemerintah. (*/jnp)