Kantamedia.com – Kabar mengejutkan sekaligus luar biasa datang dari Makkah. Jenazah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen masih utuh, meski sudah dimakamkan empat tahun lamanya.
Kabar itu disampaikan oleh Gus Rifqil Muslim yang mengaku berkomunikasi dengan salah satu petugas di pemakaman Ma’la, Muhammad Ali.
Semula, jenazah KH Maimoen Zubair akan dipindah ke komplek pemakaman lain. Akan tetapi, melihat fakta jenazah Mbah Moen utuh, petugas tak jadi memindah melainkan memakamkan kembali jasad Mbah Moen di Ma’la.
Semasa hidup, KH Maimoen Zubair dikenal sangat alim. Beliau juga merupakan sosok kiai, guru, dan orangtua yang mengayomi santri dan masyarakat.
KH Maimoen Zubair wafat pada tahun 2019 saat menunaikan ibadah haji. Ia wafat Selasa, 6 Agustus 2019 pagi pada usia 90 tahun. Ia pun dimakamkan di pemakaman Ma’la di Makkah, Arab Saudi.
Mbah Moen dikenal sebagai kiai atau ulama kharismatik dari Indonesia. Selain menjadi seorang ulama, beliau juga dikenal sebagai seorang politikus.
Keturunan Sunan Giri
Untuk mengenal lebih dalam sosok Mbah Moen, berikut ini biografi KH Maimoen Zubair mengutip laman MTs Al-Anwar, Sarang, Rembang, mtsalanwar.sch.id, yang juga salah satu unit pendidikan di Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Berikut profil dan biografi KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Mbah Moen adalah putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Beliau dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.
Dari jalur silsilah kakek, nasab Mbah Moen sampai kepada Sunan Giri. Berikut adalah jalur silsilah nasab Mbah Moen: KH. Zubair bin Mbah Dahlan bin Mbah Carik Waridjo bin Mbah Munandar bin Puteh Podang (desa Lajo Singgahan Tuban) bin Imam Qomaruddin (dari Blongsong Baureno Bojonegoro) bin Muhammad (Macan Putih Gresik) bin Ali bin Husen (desa Mentaras Dukun Gresik) bin Abdulloh (desa Karang Jarak Gresik) bin pangeran Pakabunan bin panembahan Kulon bin sunan Giri.
Sedangkan dari jalur silsilah Nenek yaitu, Nyai Hasanah binti Kiai Syu’aib bin Mbah Ghozali bin Mbah Maulana (Mbah Lanah seorang bangsawan Madura yang bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro).
Ayahnda Mbah Moen, Kiai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Kedua guru tersebut adalah sosok ulama yang tersohor di Yaman.
Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan, sementara dari kakeknya beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan. Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati sering kali berseberangan dengan ketegasan.
Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara seimbang. Kerasnya kehidupan pesisir tidak membuat sikapnya ikut mengeras.
Beliau adalah gambaran sempurna dari pribadi yang santun dan matang. Semua itu bukanlah kebetulan, sebab sejak dini beliau yang hidup dalam tradisi pesantren diasuh langsung oleh ayah dan kakeknya sendiri.