Namun, amarah masyarakat tidak menimbulkan efek yang berdampak. Permintaan akan mayat terus meningkat dan aksi pencurian pun terus berlanjut. Tak hanya para mahasiswa, beberapa masyarakat umum juga mulai mencuri mayat untuk kemudian diperdagangkan.
Kegilaan semakin menjadi-jadi saat para pencuri mayat mulai nekat membunuh untuk mencari keuntungannya sendiri. Kasus yang paling terkenal dalam hal ini adalah komplotan pembunuh William Burke dan William Hare pada tahun 1827.
Hare merupakan seorang pemilik rumah penginapan di Edinburgh, Skotlandia. Pada suatu waktu, ketika seorang tamu meninggal dengan tagihan yang belum dibayar, Hare dan Burke menjual jenazah tamunya tersebut ke sekolah kedokteran setempat.
Menyadari bahwa keuntungan menjual mayat jauh yang lebih besar daripada menjalankan bisnis penginapan, Hare dan Burke pun nekat membunuh penyewa lain yang datang ke penginapannya. Saat ditangkap pada tahun 1828, diketahui bahwa keduanya telah membunuh 16 orang.
Ironisnya, setelah dieksekusi atas kejahatannya, jasad William Burke dibedah di depan umum dan hingga saat ini tengkoraknya masih terpajang di Edinburgh College of Surgeons.
Pengesahan Undang-Undang untuk Mencegah Pencurian Mayat
Aksi pencurian mayat yang semakin merajalela membuat pertentangan masyarakat akan praktik pembedahan pada manusia semakin meningkat. Untuk mencegah aksi pencurian mayat yang semakin ekstrim dan menenangkan kemarahan masyarakat, undang-undang baru pun disahkan.
Pada tahun 1752, sebagai langkah untuk menyediakan pasokan cadaver yang cukup dan legal, Inggris mengeluarkan undang-undang yang melegalkan pembedahan tubuh pembunuh yang dieksekusi dan memperluas variasi kejahatan yang dapat dihukum dengan cara digantung.
Peraturan serupa juga diberlakukan di New York. Kerusuhan yang terjadi di Rumah Sakit New York pada tahun 1788 menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengesahan undang-undang tahun 1789 yang melarang aksi perampokan makam.
Undang-undang ini juga memperluas variasi kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman pidana mati sekaligus pembedahan. Dimana sebelum undang-undang ini disahkan, pembunuhan menjadi satu-satunya kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman mati. Namun, setelah pengesahan undang-undang ini, pelaku kejahatan perampokan dan pembakaran yang dieksekusi juga dihukum dengan pembedahan.
Namun, lagi-lagi jenazah para penjahat ini tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penelitian sehingga aksi pencurian mayat pun terus berlanjut. Aksi pencurian mayat di Inggris dan Amerika Serikat baru benar-benar dapat dibatasi setelah pemberlakuan Undang-Undang Anatomi.
Undang-undang ini mengizinkan pembedahan medis terhadap semua jenazah yang tidak diklaim dari lembaga yang dikelola pemerintah, seperti rumah sakit amal, rumah sakit jiwa dan penjara. Selain itu, keluarga mendiang juga dapat menyumbangkan jenazah ke sekolah kedokteran secara langsung.
Undang-Undang Anatomi Warburton Inggris tahun 1832 menambahkan ketentuan tambahan bahwa tubuh penjahat yang dieksekusi tidak lagi diperbolehkan digunakan untuk pembedahan.