Kantamedia.com – Hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia menyatakan 10 partai politik (parpol) diprediksi tak lolos ke parlemen karena tak memenuhi parliamentary threshold atau ambang batas perolehan suara minimal parpol dalam pemilihan umum untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Salah satu dari 10 parpol itu adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang baru saja melimpahkan jabatan ketua umumnya kepada Kaesang Pangarep.
Sepuluh parpol yang tak memenuhi parliamentary threshold menurut survei Indikator itu adalah, PPP dengan 2,4 persen, Perindo dengan 1,9 persen dan PSI dengan 0,8 persen.
Menyusul Partai Hanura dan Partai Garuda sama-sama meraih 0,3 persen, Partai Gelora 0,2 persen, PBB dan Partai Buruh meraih 0,1 persen. Lalu Partai Ummat dan PKN berada di posisi paling buncit dengan 0 persen.
Sementara itu, PDIP tercatat memiliki elektabilitas sebesar 26 persen. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu unggul sekitar 14 persen dari Gerindra yang menempati posisi kedua dengan elektabilitas 12,6 persen. Lalu, disusul Partai Golkar di posisi ketiga dengan elektabilitas 9,2 persen.
“Paling tinggi. Dan di grafiknya PDIP stand-out sendiri. Paling panjang grafiknya,” kata peneliti utama Indikator Politik Indonesia, Hendro Prasetyo, Sabtu (30/9/2023) dilansir CNN Indonesia.
Selanjutnya, survei mencatat PKB di posisi keempat dengan perolehan 7,5 persen. Sementara PKS memperoleh elektabilitas 5,2 persen bertengger di posisi kelima dan Demokrat di posisi keenam dengan 5,1 persen.
Kemudian, NasDem meraih elektabilitas 4,5 persen di posisi ketujuh. PAN menyusul dengan memperoleh 4,5 persen. Delapan parpol terbut diprediksi oleh hasil survei Indikator Politik akan lolos ke Parlemen.
“PAN ini kecenderungan naiknya sejak Juni, karena dari 2,5 persen di bulan Juni, sekarang 4,5 persen. Di antara partai yang ada, PAN agak berbeda kenaikannya. Menarik bagi PAN karena kenaikannya tinggi,” kata Hendro.
Survei Indikator Politik melibatkan 1.200 responden di seluruh provinsi Indonesia. Namun, survei ini melakukan over-sampel di 10 Provinsi yakni Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten masing-masing menjadi 400 responden. Sementara di Sumatera Selatan dan Lampung ada penambahan masing-masing menjadi 350 responden, Jambi dan Bangka Belitung masing-masing menjadi 300 responden.
Sementara responden yang belum menjawab sebesar 19 persen. Sehingga total sampel sebanyak 4.090 responden.
Survei ini digelar dengan wawancara tatap muka sepanjang 25 Agustus-3 September 2023. Margin of error +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. (*/jnp)