Pangkalan Bun, Kantamedia.com — Di bawah langit pesisir Desa Keraya yang tenang, ratusan tangan bergerak serempak menanam mangrove. Bukan sekadar pohon, tapi simbol harapan, perlindungan, dan komitmen lintas generasi. Lewat inisiatif Telkomsel Jaga Bumi, aksi nyata keberlanjutan itu menjadi bukti bahwa menjaga lingkungan bukan tugas satu pihak, melainkan gerakan bersama.
Desa Keraya, yang terletak di Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, memiliki garis pantai yang rentan abrasi. Kawasan Bogam Raya, tempat desa ini berada, menyimpan potensi ekosistem mangrove yang vital bagi stabilitas pesisir dan penyerapan karbon. Namun, seperti banyak wilayah lain di Indonesia—pemilik hutan mangrove terbesar di dunia—Keraya juga menghadapi ancaman kerusakan.
Dengan tema “Mangrove for The Future, Tanam Kebaikan Tumbuh Senyuman”, Telkomsel bersama Universitas Antakusuma, Dinas Perhubungan, Orang Utan Foundation International (OFI), dan perangkat desa menanam sekitar 500 pohon mangrove. Bagi Telkomsel, ini bukan sekadar program CSR, tapi bagian dari prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan secara berkelanjutan.
“Penanaman mangrove ini bukan hanya untuk mencegah abrasi, tapi juga sebagai bentuk kontribusi terhadap krisis iklim global,” ujar D. Rusyad Hakim, Manager Mobile Consumer Branch Telkomsel Pangkalan Bun, Kamis (28/8/2025). Ia menambahkan bahwa pelanggan Telkomsel pun bisa ikut berkontribusi dengan menukarkan Telkomsel Poin untuk penanaman pohon melalui aplikasi MyTelkomsel.
Dari sisi akademik, Wakil Rektor I Universitas Antakusuma, Agus Suparji, menyebut kegiatan ini sebagai wujud nyata Tridharma Perguruan Tinggi. “Pengabdian masyarakat bukan hanya teori, tapi aksi langsung yang berdampak,” katanya.
Kepala Desa Keraya, Jumatollah, menyambut hangat kolaborasi ini. “Kami berharap semangat Jaga Bumi ini terus berlanjut. Ini bukan hanya soal hari ini, tapi tentang masa depan desa kami,” tuturnya.
Sementara itu, Dudy Kurniawan dari OFI menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab kolektif. “Semakin banyak yang peduli, semakin besar dampak yang bisa kita hasilkan. Generasi muda harus jadi garda depan,” ujarnya.
Di antara lumpur dan akar mangrove yang baru ditanam, tumbuh pula semangat baru: bahwa perubahan iklim bisa dilawan, bahwa bumi bisa dijaga, dan bahwa setiap pohon yang ditanam hari ini adalah warisan untuk anak cucu esok. (Mhu).


