MBG Pulang Pisau, Pastikan Standar Gizi

Siap Tindaklanjuti Keluhan

Pulang Pisau, Kantamedia. com – Banyaknya keluhan terkait pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ramai dibicarakan di media sosial, mendapat tanggapan langsung oleh pihak penyelenggara MBG, Selasa (16/9/2025).

Seperti diutarakan Kepala SPPG Yayasan Naungan Kasih Sejahtera Bahagia, Mara Yuliana, menegaskan, pihaknya hadir bukan untuk mencari masalah, melainkan memberi pemahaman dan bukti nyata tentang proses produksi di dapur MBG.

Mara Yuliana memaparkan, alur kerja di dapur MBG dimulai dari penerimaan bahan makanan seperti ayam dan sayur yang langsung dicuci dan ditimbang sesuai pesanan. Bahan kemudian disimpan di gudang kering maupun basah sesuai kategori. Proses memasak dimulai pukul 00.00 WIB dengan kapasitas 300 porsi per sekali masak, menggunakan peralatan khusus seperti steamer nasi.

Setelah dimasak, makanan langsung diporsikan oleh tim khusus dengan pengawasan ahli gizi. Air yang digunakan berasal dari galon, sekitar 15–20 galon per hari. Sebanyak 30 staf terlibat dalam proses produksi, semuanya diwajibkan menggunakan APD sesuai standar keamanan pangan.

Distribusi tahap awal diprioritaskan untuk sekolah di wilayah Bereng dengan 1.600 porsi per hari, berpotensi meningkat hingga 2.000 porsi. Selain anak sekolah, sasaran juga mencakup 13 ibu hamil, 24 ibu menyusui, dan 97 balita. Mekanisme distribusi dilakukan melalui posyandu dengan kader sebagai ujung tombak pembagian.

Takaran gizi disesuaikan dengan kelompok penerima, balita 300–400 kalori, SD kelas 4–SMA 500–600 kalori, ibu hamil 600–800 kalori. Menu selalu mengkombinasikan protein hewani (ikan, ayam, telur) dengan nabati (tempe, tahu, kacang).

Terkait keluhan masyarakat di media sosial mengenai nasi keras, lauk berbau, atau porsi kacang yang sedikit, Mara menyebut itu sebagai bagian dari evaluasi. Selain itu, sampel setiap makan juga diambil dan disimpan selama 2 kali 24 jam, hal itu dilakukan untuk mengantisipasi apabila ada keracunan, sampel tersebut yang diberikan untuk diperiksa di laboratorium, memastikan apakah keracunan karena menu MBG atau tidak.

“Jika ada dugaan keracunan, kami bisa membuktikan dengan sampel makanan yang disimpan,” tegas Mara.

Program MBG sudah berjalan empat hari sejak launching. Meski ada evaluasi, pihak MBG berkomitmen menjaga kualitas makanan sekaligus memberdayakan petani dan UMKM lokal sebagai penyedia bahan.

“Tujuan utama kami bukan hanya memberi makan anak-anak, tapi juga mendukung ekonomi masyarakat,” tutup Mara. (arw/*)

 

 

 

Bagikan berita ini