Hut Ri

Plt Dirut Optimistis Utang RS Doris Sylvanus Tuntas Sebelum Akhir 2025

Palangka Raya, Kantamedia – Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran melakukan inspeksi mendadak ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, Selasa (10/6/2025), guna meninjau langsung kondisi pelayanan kesehatan dan manajemen rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Kalteng tersebut. Dalam kunjungan itu, Gubernur menekankan pentingnya efisiensi anggaran, penyelesaian utang, dan ketersediaan obat-obatan bagi masyarakat.

Plt. Direktur Utama RSUD Doris Sylvanus yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, Suyuti Syamsul, ketika mendampingi kunjungan gubernur mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan langkah nyata dalam menyelesaikan persoalan finansial rumah sakit, khususnya utang-utang yang menumpuk sejak beberapa tahun terakhir.

“Semua masalah diselesaikan supaya pelayanan juga lebih mendekat. Kita sudah mengurangi utang sebesar Rp40 miliar hanya dalam lima bulan ini,” kata Suyuti kepada awak media.

Langkah ini merupakan bagian dari instruksi langsung Gubernur untuk mempercepat penyehatan keuangan rumah sakit, sekaligus memastikan pelayanan publik tetap berjalan optimal.

Proyeksi Surplus 2026

Menurut Suyuti, dengan disiplin fiskal yang terus dijaga, Dinas Kesehatan memperkirakan seluruh beban utang RSUD Doris Sylvanus akan tuntas sebelum akhir 2025. Bahkan, ia optimistis tahun 2026 rumah sakit akan memasuki fase surplus anggaran.

“Target kami, akhir 2025 utang tuntas, dan 2026 kita bisa bicara surplus. Itu akan jadi titik balik penting dalam reformasi layanan rumah sakit,” tegasnya.

Surplus ini diharapkan menjadi dasar penguatan layanan esensial—mulai dari pemenuhan SDM kesehatan hingga pengadaan alat-alat kesehatan dan pengembangan sistem pelayanan digital yang lebih responsif.

Stok Obat Aman, Tapi Tetap Perlu Waspada

Menjawab sorotan Gubernur Agustiar Sabran terkait ketersediaan obat-obatan, Suyuti menjelaskan bahwa meskipun ada beberapa jenis obat yang kosong, stok utama masih dalam batas aman.

“Gubernur tadi lihat langsung, memang ada beberapa yang kosong, tapi secara umum obat-obatan kita cukup untuk dua bulan ke depan,” ujarnya.

Ia menggarisbawahi bahwa dalam kondisi normal, ketersediaan itu cukup memadai. Namun jika terjadi lonjakan jumlah pasien, ketahanan stok bisa menipis dalam waktu satu bulan. Karena itu, pengendalian distribusi dan pengadaan obat tetap menjadi prioritas.

“Saya ambil pendekatannya satu bulan sebagai asumsi konservatif. Kalau pasien tiba-tiba meningkat, kita harus siap rotasi stok dengan cepat,” imbuhnya.

Efisiensi dan Langkah Cepat

Dinas Kesehatan, menurut Suyuti, telah melakukan langkah efisiensi dalam berbagai lini—baik dari sisi pengelolaan pengadaan, sistem inventaris, hingga pola belanja kebutuhan medis. Langkah-langkah ini diharapkan membuat manajemen rumah sakit lebih tangguh menghadapi dinamika pelayanan.

“Hiperefisien. Itu strategi kita saat ini. Semua beban disisir, semua pengadaan ditertibkan, semua SOP diperbaiki,” tegasnya.

Gubernur, lanjut Suyuti, memberikan dukungan penuh agar reformasi layanan rumah sakit tidak hanya berhenti pada penyelesaian utang, tapi berlanjut menjadi agenda jangka panjang perbaikan sistem kesehatan daerah.

“Beliau minta semuanya diselesaikan secepatnya. Baik keuangan, pelayanan, SDM, semua harus naik kelas,” ujar Suyuti.

Bantah Bahas COVID-19

Menjawab pertanyaan wartawan terkait kemungkinan pembahasan isu COVID-19 dalam kunjungan itu, Suyuti menegaskan bahwa topik yang dibahas bersama Gubernur lebih difokuskan pada penataan internal rumah sakit, bukan isu wabah.

“Tidak, COVID-19 tidak dibahas khusus. Itu domain Dinas Kesehatan. Kunjungan ini murni untuk melihat langsung manajemen RSUD Doris,” jelasnya.

Meski begitu, Suyuti memastikan Dinas Kesehatan tetap siaga, dan telah melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama di seluruh kabupaten/kota untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan kasus infeksi menular. (daw)

Bagikan berita ini