Hut Ri

14 Negara Ini Dilanda Resesi Seks, Populasi Menurun Drastis

2. Italia

Saat ini, Italia menjadi salah satu negara yang mengalami fenomena yang menjadi salah satu indikasi resesi seks. Bahkan, resesi seks diperkirakan akan membuat populasi sekolah di salah satu negara Eropa itu menyusut satu juta orang dalam dekade mendatang.

Prediksi suram ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Giuseppe Valditara awal Mei lalu. Ia mengatakan jumlah siswa akan turun menjadi 6 juta pada tahun akademik 2033-2034 dari 7,4 juta pada tahun 2021, dengan 110.000-120.000 lebih sedikit siswa yang memasuki ruang kelas setiap tahun.

Penurunan tajam siswa juga dapat menyebabkan jumlah guru turun menjadi 558.000 pada tahun 2033/2034 dari lebih dari 684.000 saat ini, tambah Valditara.

Biro statistik nasional ISTAT sebelumnya mengatakan kelahiran di Italia turun ke level terendah dalam sejarah di bawah 400.000 pada tahun 2022. Ini menjadi penurunan ke-14 berturut-turut, dengan populasi keseluruhan menurun 179.000 menjadi 58,85 juta.

Populasi yang menyusut dan menua merupakan kekhawatiran utama bagi negara terbesar ketiga di zona Euro. Ini menyebabkan penurunan produktivitas ekonomi dan biaya kesejahteraan yang lebih tinggi di negara dengan tagihan pensiun tertinggi di antara 38 negara Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan tersebut.

3. Korea Selatan (Korsel)

Tanda-tanda mirip Jepang dan Italia juga mulai melanda Korsel. Di Negeri Ginseng, sekolah disebutkan mulai kesulitan dalam mencari murid baru.

Warga Korsel telah memilih keluarga yang lebih kecil, meninggalkan negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia dan penurunan tajam secara nasional pada anak-anak usia sekolah.

Di daerah pedesaan yang paling terpukul, sekolah dasar seperti di daerah Dochang ditutup, satu per satu, karena tidak ada lagi siswa yang tersisa untuk bersekolah. Secara nasional, jumlah sekolah dasar di pedesaan turun dari sekitar 5.200 pada tahun 1982 menjadi sekitar 4.000 saat ini.

Dalam 10 tahun terakhir, jumlah siswa usia sekolah dasar di kabupaten tersebut turun dari 2.687 menjadi 1.832. Hampir setiap satu dari 16 sekolah dasar di kabupaten tersebut telah kehilangan siswanya selama periode ini, beberapa mencapai ratusan.

Kebanyakan warga Korsel tinggal di sekitar wilayah Metropolitan Seoul, di mana biaya hidup yang tinggi, termasuk pendidikan, telah membuat warga enggan memiliki anak.

Akibatnya, wanita Korsel rata-rata hanya melahirkan 0,78 anak, jauh di bawah 2,1 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi saat ini. Para peneliti di Universitas Nasional Seoul memproyeksikan bahwa jika tren saat ini berlanjut, populasi akan turun dari 51 juta menjadi sekitar 17 juta pada tahun 2100.

Bagikan berita ini