Palangka Raya, kantamedia.com – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali menjadi ancaman serius di Kota Palangka Raya. Hingga 30 Juli 2025, tercatat sebanyak 55 kejadian karhutla telah terjadi, dengan total luas lahan terdampak mencapai 16,99 hektare.
Data ini dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya dalam laporan terkini penanganan darurat karhutla di wilayah kota per 30 Juli 2025.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Muhammad Heri Fauzi mengungkapkan, Kecamatan Jekan Raya menjadi wilayah dengan jumlah kejadian terbanyak, yakni 33 kejadian, dengan luasan lahan yang terbakar mencapai 7,2 hektare.
Disusul Kecamatan Sebangau dengan 17 kejadian (5,38 ha), Bukit Batu dengan 3 kejadian (3,35 ha), serta Pahandut dengan 2 kejadian (1,06 ha). Sementara itu, Kecamatan Rakumpit hingga akhir Juli belum mencatat adanya karhutla.
“Beberapa lokasi terdampak di antaranya Jalan Diklat (Kel. Bukit Tunggal), Jalan Garuda Km 3i (Kel. Palangka), Jalan Tabat Kalsa (Kel. Sabaru), dan Jalan Talawang Raya (Kel. Tanjung Pinang). Wilayah-wilayah ini telah menjadi langganan kebakaran setiap musim kemarau, terutama lahan-lahan bergambut yang mudah terbakar saat kering ekstrem,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).
Menurut Heri, BPBD bersama TNI, Polresta Palangka Raya, dan Satpol PP telah melakukan sejumlah langkah penanganan, mulai dari patroli ke daerah rawan, sosialisasi larangan pembakaran lahan, pembasahan titik-titik rawan, pengecekan sumber air dan hotspot, hingga melakukan pemadaman awal di lokasi munculnya api.
“Untuk bulan Juli ini saja, sampai dengan kemarin (30/7/2025), total lahan yang terbakar mencapai 1,53 hektare,” imbuhnya.
Meski demikian, lanjut dia, kondisi darurat belum berdampak langsung pada sektor pendidikan, kesehatan, atau logistik. Evakuasi dan pengungsian juga belum diperlukan.
Upaya terus difokuskan pada pencegahan dan deteksi dini, mengingat tren kenaikan hotspot di Kalimantan Tengah dan Palangka Raya diperkirakan akan meningkat dalam dua bulan ke depan seiring puncak kemarau. Penanganan karhutla kali ini difokuskan pada koordinasi cepat, respons lapangan, serta pendekatan persuasif kepada masyarakat.
Dengan lebih dari 16 hektare lahan terbakar dalam waktu tujuh bulan, Pemerintah Kota Palangka Raya kembali menyerukan kolaborasi aktif lintas instansi dan warga. Pencegahan dan penindakan terhadap pembakaran liar menjadi fokus utama demi menghindari bencana yang lebih luas seperti yang terjadi pada 2015 dan 2019. (daw)


