Palangka Raya, Kantamedia.com – Nilai ekspor Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada Maret 2025 mengalami penurunan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu. Namun, di tengah kontraksi tersebut, sektor industri pengolahan justru mencatat pertumbuhan tajam, menunjukkan adanya diversifikasi sumber ekspor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, menyampaikan bahwa total ekspor Maret 2025 mencapai US$270,36 juta, turun 10,64 persen dibanding Februari 2025, dan anjlok 19,05 persen dibanding Maret 2024.
“Meski secara total menurun, sektor industri pengolahan menunjukkan daya tahan yang kuat dengan kenaikan lebih dari 21 persen dari bulan sebelumnya,” ujar Agnes dalam konferensi pers di Kantor BPS Kalteng, Jumat (2/5/2025).
Sektor pertambangan tetap mendominasi ekspor Kalteng dengan kontribusi 66,67 persen atau US$180,24 juta, meski nilai ini turun 21,13 persen dibanding Februari. Komoditas utama meliputi batu bara, bijih zirconium, dan logam tanah jarang seperti niobium serta tantalum.
Sementara itu, ekspor industri pengolahan melonjak 21,27 persen, mencapai US$86,88 juta atau 32,13 persen dari total ekspor. Komoditas unggulan antara lain minyak kelapa sawit, kayu lapis, karet remah, dan produk kimia berbasis hasil pertanian.
Dari sisi golongan barang, penurunan terbesar terjadi pada Bahan bakar mineral turun US$47,83 juta (−22,04%); Kayu dan barang dari kayu turun US$10,77 juta (−63,28%); Karet dan barang dari karet: turun US$1,53 juta (−23,79%).
Sebaliknya, kelompok lemak dan minyak hewani/nabati mengalami lonjakan nilai ekspor sebesar US$27,54 juta atau 62,45 persen.
Jika dibandingkan Maret 2024 (year-on-year), ekspor Kalteng turun US$63,62 juta. Penurunan tertinggi disumbang bahan bakar mineral (−34,75%) dan kayu olahan (−57,71%). Namun ekspor minyak sawit dan produk turunannya tumbuh 35,21 persen.
Tujuan utama ekspor Kalteng tetap didominasi negara-negara Asia, yakni Jepang US$79,16 juta (turun 21,21%); India US$57,22 juta (meningkat tajam) dan Korea Selatan US$38,02 juta (naik 355,33% dibanding Maret 2024).
Ekspor melalui pelabuhan di Kalimantan Tengah meningkat menjadi US$91,00 juta atau naik 28,75 persen, menyumbang sepertiga dari total ekspor. Pelabuhan Kumai menjadi yang terbesar dengan nilai ekspor US$79,61 juta, disusul Sampit, Pangkalan Bun, dan Pulang Pisau.
Dilihat dari sektor, ekspor melalui pelabuhan provinsi ini didominasi industri (87,59%), diikuti tambang (8,86%) dan pertanian (3,55%). Seluruhnya menunjukkan pertumbuhan positif dibanding bulan sebelumnya.
Sementara itu, nilai impor Kalimantan Tengah anjlok drastis menjadi hanya US$0,09 juta, turun 94,55 persen dibanding Februari, dan 98,87 persen dibanding Maret 2024. Impor didominasi oleh mesin/pesawat mekanik dari Malaysia, tanpa ada impor migas pada bulan ini.
Penurunan tajam impor mengakibatkan neraca perdagangan luar negeri Kalteng tetap surplus besar senilai US$270,27 juta.
Agnes menegaskan bahwa surplus ini menunjukkan ketahanan ekspor Kalteng, terutama dari sektor industri dan perkebunan, di tengah perlambatan permintaan global dan penurunan aktivitas impor. “Namun, kita perlu mencermati fluktuasi komoditas tambang serta dinamika harga sawit global, karena keduanya sangat menentukan struktur ekspor Kalimantan Tengah,” tutup Agnes. (daw)


