Contohnya, jika anak berjanji untuk membersihkan kamarnya tetapi tidak melakukannya, maka konsekuensi yang telah disepakati sebelumnya harus diberikan. Konsistensi ini akan mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya.
Jangan hanya memberikan ancaman tanpa tindakan nyata. Hal ini akan membuat anak tidak menghormati aturan yang telah ditetapkan dan justru akan semakin sulit diatur.
2. Memberi Label Negatif pada Anak
Memberikan label negatif seperti “anak nakal” atau “bodoh” sangat merusak kepercayaan diri anak. Alih-alih memberikan label, ajak anak bicara, tanyakan penyebab kesalahan, dan cari solusi bersama. Berikan dukungan dan motivasi agar anak merasa dihargai dan percaya diri.
Hindari kata-kata yang menyakiti perasaan anak. Gunakan bahasa yang positif dan memotivasi untuk membantunya memperbaiki kesalahan.
Ingat, setiap anak memiliki potensi dan kelebihannya masing-masing. Berikan kesempatan pada anak untuk berkembang dan jangan membatasi potensi mereka dengan memberikan label negatif.
3. Hukuman Fisik dan Bahayanya
Hukuman fisik bukanlah solusi yang efektif dan justru dapat menimbulkan trauma pada anak. Anak yang sering mendapat hukuman fisik akan fokus pada rasa sakit, bukan pada memperbaiki perilaku. Metode mendisiplinkan yang lebih baik adalah dengan memberikan konsekuensi logis atas tindakan anak.
Misalnya, jika anak mengotori kamarnya, maka konsekuensi logisnya adalah anak harus membersihkan kamarnya sendiri. Hal ini akan mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya tanpa harus menggunakan kekerasan fisik.
Ingatlah bahwa kekerasan fisik hanya akan menimbulkan rasa takut dan trauma pada anak, bukan perubahan perilaku yang positif.



