Kantamedia.com – Kebiasaan orang tua ternyata bisa memicu diabetes pada anak, terutama diabetes tipe 2. Berbeda dengan tipe 1, diabetes tipe 2 dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dialami oleh orang Indonesia. Biasanya, penyebab diabetes pada anak adalah karena faktor keturunan ataupun adanya gangguan fungsi pankreas.
Pada diabetes tipe 1 (diabetes anak-anak), pulau pada pankreas, yang bertugas memproduksi insulin, tidak berfungsi. Sedangkan diabetes tipe 2 pada anak, pulau ini bekerja namun baik tubuh telah mengembangkan perlawanan terhadap insulin, atau pankreas tidak memproduksi insulin dengan jumlah yang mencukupi.
Jika dibiarkan, diabetes remaja dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Beberapa yang paling umum adalah:
Masalah jantung – Diabetes diketahui menyebabkan masalah kardiovaskular, seperti penyakit arteri koroner, aterosklerosis, serangan jantung, dan stroke.
Nefropati (kerusakan ginjal) – Ginjal menyaring limbah dari darah. Diabetes merusak penyaringan pada ginjal sehingga menyebabkan gagal ginjal, yang tidak dapat diobati. Satu-satunya solusi adalah cuci darah, dan pada akhirnya ialah transplantasi ginjal.
Kerusakan saraf – Diabetes membatasi aliran darah normal ke anggota tubuh sehingga menyebabkan kerusakan saraf. Anak biasanya akan mengeluhkan sensasi kesemutan pada lengan atau kaki, yang dapat berkembang menjadi sakit parah.
Dokter anak subspesialis endokrinologi Jose R.L Batubara, mengatakan bahwa pemicu diabetes tipe 2, pada anak maupun orang dewasa, sebenarnya sama.
“Makan junk food, nonton TV kelamaan, kurang olahraga, sama kayak yang dewasa. Kebanyakan main gadget, bukan olahraga,” kata Jose pada Selasa (7/2/2023), dilansir CNNIndonesia.
Namun di luar itu, tanpa disadari beberapa kebiasaan orang tua juga berpotensi untuk memengaruhi risiko diabetes pada anak.
1. Memberi Anak Banyak Asupan Gula
Gula penting untuk tubuh sebagai sumber energi. Namun, orang tua sebaiknya lebih mengatur konsumsi gula buat anak.
Jose menyarankan jumlah karbohidrat atau sumber energi anak sebesar 40 persen dari kebutuhan kalori harian.
Karbohidrat juga akan diolah jadi glukosa dalam tubuh dan memiliki indeks glikemik lebih rendah dari gula biasa. Sumber karbohidrat pun sangat bervariasi.
“Bisa dari staple food. Orang Asia misal nasi, kalau di Papua [makan] sagu, orang Eropa [makan] kentang,” imbuhnya.
2. Iming-iming Makanan Agar Anak Tidak Rewel
Orang tua sebaiknya tidak menggunakan makanan dan minuman, terutama yang tinggi kalori, sebagai iming-iming agar anak tidak rewel.
Psikolog anak dan remaja di Personal Growth Monica Sulistiawati berpendapat bahwa banyak orang tua yang memilih cara mudah untuk meredakan anak rewel. Salah satu cara termudah adalah memberi makanan.
Tak hanya berisiko bikin anak jadi kegemukan. Tapi juga ada efek lain kepada mental yang dipengaruhi oleh kebiasaan tersebut.
“Secara tidak langsung orang tua memberikan efek pembelajaran rewel itu boleh menangis itu boleh. Nantinya anak terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan,” jelas Monica, Rabu (9/2/2023).
3. Memberikan Hadiah Makanan
Di samping iming-iming agar anak tidak rewel, ada pula orang tua yang menjadikan makanan sebagai reward atau hadiah atas prestasi anak.
Memberikan apresiasi atas prestasi anak tidak salah, tetapi Monica tidak menganjurkan makanan dijadikan hadiah.
Anak pun menganggap bahwa dengan prestasi atau keberhasilan, ia bisa makan sepuasnya. Hal ini bisa berdampak negatif saat ia dewasa. Dia akan sulit mengendalikan perilaku makan, gangguan psikologis atau gangguan makan misalnya bulimia atau anoreksia.
“Lagi self reward, makan sepuasnya. Habis itu timbul rasa bersalah. Kalau orang enggak bisa mengendalikan rasa bersalah, timbul gangguan depresi,” imbuhnya. (*)