4. Menghindari Aktivitas pada Hari-hari Tertentu
Sering merasa diam-diam dan secara teratur karena merasa terlalu terstimulasi atau kurang terstimulasi oleh lingkungan, bisa menjadi tanda bahwa Anda menderita ADHD.
“Misalnya, suatu hari Anda mungkin merasa tidak apa-apa untuk pergi ke toko bahan makanan dan itu sama sekali tidak menimbulkan masalah bagi Anda,” kata Carvin. “Pada hari-hari lain, terutama ketika Anda terlalu terstimulasi, Anda mungkin memerhatikan pemandangan, bau, atau suara di toko bahan makanan benar-benar mengganggu Anda, yang mungkin berarti mengikuti daftar belanja atau mengantre terasa terlalu berat untuk Anda tangani.”
Menurut Carvin, kurang terstimulasi dapat membuat penderita ADHD merasa lesu dan gelisah. Namun tidak yakin tentang apa yang perlu mereka lakukan untuk merasa lebih baik.
5. Mencoba Selalu Terhubung dengan Pasangan
Seseorang dengan ADHD mungkin memperhatikan kebiasaan tertentu, yang sebenarnya merupakan gejala dalam memengaruhi kehidupan kencan atau hubungan interpersonal mereka.
Misalnya, Carvin menjelaskan bahwa orang dengan ADHD mungkin merasa sulit untuk memberikan perhatian pasangannya, atau membantu tugas-tugas di sekitar rumah. Alhasil hal tersebut dapat menyebabkan konflik dan perasaan terluka satu sama lain.
“Orang dengan ADHD bisa peka terhadap penolakan. Jika dihadapkan dengan umpan balik yang keras dari pasangannya, mereka mungkin merespons dengan cara yang tampaknya tidak proporsional dengan situasi yang dihadapi,” katanya.
Hal ini bisa jadi memicu pertengkaran akan pasangan. Dan bila tidak ditangani dengan baik, mungkin bisa menyebabkan keinginan untuk berpisah satu sama lain.
Alami Gejala Tertentu Tidak Menjamin Anda Menderita ADHD
Tidak semua orang yang pelupa atau yang memiliki masalah multitasking berarti ADHD. Orang yang neurotipikal dapat mengembangkan kebiasaan seperti melupakan sesuatu atau terlalu fokus pada tugas. Namun, mengalami tekanan emosional dapat menjadi signifikan secara klinis dan kunci untuk menentukan apakah Anda harus mencari bantuan medis.
“Dengan masuknya informasi semacam ini di media sosial, sangat berharga untuk mendengarkan perspektif orang-orang dengan pengalaman hidup, sambil juga menyeimbangkannya dengan informasi yang berbasis bukti,” jelas Carvin.