7. Nyeri Sendi
Fluktuasi hormon, peradangan, dan faktor lain dapat menyebabkan nyeri sendi pada perempuan saat mengalami menopause. Kondisi yang tidak menyenangkan ini disebut arthralgia. Meskipun penyebabnya sulit dijabarkan, ulasan tahun 2010 yang diterbitkan di Maturitas menegaskan bahwa perempuan yang mengalami menopause memiliki risiko yang jauh lebih tinggi, dan penurunan estrogen kemungkinan besar disalahkan karena memperburuk gejala kekakuan dan nyeri sendi.
Untungnya, penelitian yang sama menunjukkan bahwa Hormone Replacement Therapy (HRT) terbukti efektif untuk menghilangkan arthralgia pada populasi menopause. Jadi, pengobatan ini patut dipertimbangkan jika kamu mengalami gejala vasomotor yang sangat mengganggu atau menyusahkan.
8. Rambut Rontok
Menopause dapat menyebabkan kerontokan rambut. Kombinasi penurunan kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama menopause memang dapat menyebabkan rambut menjadi lebih tipis, lebih kering, dan lebih rapuh yang menyebabkan rambut rontok atau patah.
Kamu bisa menggunakan sampo yang memiliki manfaat untuk menguatkan rambut dan meningkatkan volume rambut. Ada juga perawatan obat OTC yang mendorong pertumbuhan rambut dan bahkan prosedur medis yang melibatkan suntikan plasma kaya trombosit (PRP) yang dapat kamu lakukan jika opsi sebelumnya tidak memberikan hasil yang diinginkan.
9. Tinnitus
Menopause dapat menyebabkan telinga berdenging atau berdengung yang dikenal sebagai tinnitus. Kondisi ini mungkin sangat mengganggu bagi perempuan yang mengalami menopause.
Sisi baiknya, sebuah studi nasional tahun 2018 yang diterbitkan di Oncotarget mengakui peningkatan risiko tinnitus di antara perempuan menopause dan mengidentifikasi Hormone Replacement Therapy sebagai pengobatan yang dapat memberikan manfaat potensial dalam pengelolaan dan pencegahan kondisi tersebut.
Itulah beberapa gejala menopause yang belum banyak diketahui oleh banyak perempuan. (*/jnp)