Dia mendengar desas-desus tentang seorang pedagang Katolik yang akan berlayar dengan barang-barang berharganya ke Prancis, dan dia membujuk 30 orang untuk bergabung dengannya dalam mengambil kapal tersebut.
Namun, nasib apes menimpa John Ward. Sebab, barang-barang berharga dalam kapal tersebut telah dipindahkan ke darat.
Meski gagal mendapatkan barang berharga, John Ward setidaknya mendapatkan kapal. Dia bersama para awak yang dikumpulkannya, pun berlayar ke Cawsand, di Cornwall.
Di sana, dia mengumpulkan orang-orang kembali karena kapal besar membutuhkan lebih banyak awak. Setelah mendapatkan sejumlah orang, dia pun memimpin kapal tersebut berlayar ke Mediterania untuk merompak.
Bermarkas di Tunis, Tunisia
Setelahnya, John Ward mendirikan markas di Tunis, Tunisia, pada 1605. Kala itu, wilayah tersebut dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman yang dipimpin oleh seorang pasha.
Namun, Tunis sejatinya ada di bawah kekuasan Uthman Dey, pemimpin tentara janissari (janissari adalah pasukan rumah tangga dan pengawal Sultan) yang ditempatkan di kota tersebut.
Dey memberi izin Jack Ward untuk bermarkas hingga beroperasi di perairan Tunis. Akan tetapi, syaratnya adalah imbalan dari sebagian hasil jarahan John Ward.
Puncak Karier Jack Ward sebagai Bajak Laut
John Ward mendapatkan kemakmuran sejak bermarkas di Tunis. Hubungan baik dengan Dey, membuat John Ward mendapatkan hadiah sebidang tanah darinya yang dibuatkan rumah.
Lalu, pada 1607, John Ward mendapatkan jarahan terbesarnya saat membajak kapal besar Reniera e Soderina dengan muatan sutra, nila, dan katun yang amat berharga kala itu.
Meski harus menjalani pertempuran besar, John Ward tetap mampu membajak kapal besar tersebut.
Kapal besar itu mengalami kerusakan karena pertempuran, tetapi John Ward bisa memperbaikinya. Dia pun memakai kapal besar tersebut ke pelayaran berikutnya.
Keruntuhan Kejayaan Jack Ward
Namun, pelayaran dengan kapal besar itu justru menjadi malapetaka baginya. Saat berlayar, kapal besar itu terkena badai hingga mengalami kerusakan parah.
Kapal besar itu tidak mampu bertahan dalam badai karena John Ward mengubah struktural pada dek meriam. Hancurnya kapal tersebut membuat 350 awak John Ward meninggal dunia.