Kesenjangan Sosial Antara Guru Abdi Negara dengan Guru Tanpa Tanda Jasa

Oleh: Insan Faisal Ibrahim

MASALAH dalam sektor pendidikan selalu menjadi tantangan sulit bagi pemerintah dari tahun ke tahun. Masalah yang muncul tidak hanya seputar perubahan kurikulum di setiap pergantian menteri baru, munculnya paham dualisme lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama dengan Kementerian Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, tapi masalah di bidang pendidikan ini muncul hingga pada kebijakan pengangkatan guru sebagai pegawai negara dan juga pada aspek kesejahteraan guru yang dianggap belum merata sehingga terjadi kesenjangan sosial yang dirasakan oleh guru-guru yang statusnya masih honorer.

Kesenjangan sosial antara guru Abdi Negara dengan guru honorer yang dianggap pahlawan tanpa tanda jasa merupakan isu yang sangat kritis dan membutuhkan perhatian dari pemerintah serta masyarakat. Guru Abdi Negara dan guru honorer memiliki peran yang setara dalam mendidik dan membentuk generasi masa depan, tetapi mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal status, gaji, dan kesejahteraan. Guru Abdi Negara adalah pegawai negeri yang diangkat sebagai guru dan berstatus sebagai aparatur negara. Mereka menikmati gaji yang konsisten, tunjangan yang mencukupi, dan jaminan pensiun yang jelas. Mereka juga memiliki peluang untuk kemajuan karir dan promosi jabatan. Di sisi lain, guru honorer adalah individu yang dipekerjakan oleh sekolah tanpa status pegawai negeri. Mereka tidak memiliki gaji yang teratur, tunjangan yang memadai, atau kepastian dalam jaminan pensiun. Seringkali, gaji mereka tidak sebanding dengan tanggung jawab yang harus mereka jalankan, serta tidak memiliki peluang untuk peningkatan karir dan kelangsungan hidup mereka.

Kesenjangan sosial antara guru Abdi Negara dan guru honorer ini bisa berdampak negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Guru honorer kerap merasa tidak dihargai dan kurang termotivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik karena ketidakpastian terkait gaji dan kesejahteraan mereka. Hal ini tentu akan berpengaruh pada mutu pengajaran dan pembelajaran di kelas. Selain itu juga, ketimpangan sosial ini akan mempengaruhi kesejahteraan guru honorer dan keluarga mereka. Mereka sering kali harus bekerja lebih keras untuk mencari tambahan pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga waktu dan energi mereka untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran menjadi terbatas. Tidak sedikit dari para guru honorer yang terjerat simpan pinjam online atau terlilit kasus utang piutang tabungan sekolah hanya karena mereka memiliki alasan yang memprihatinkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Miris memang, tapi inilah kenyataan yang harus diterima oleh semua kalangan. Dimana seorang pahlawan yang memiliki tekad mencerdaskan anak bangsa justru harus berperang dengan pikirannya sendiri demi mencari sesuap nasi.

Melihat kenyataan yang pahit ini, pemerintah atau para pemangku kebijakan perlu mengambil tindakan untuk mengurangi kesenjangan sosial antara guru Abdi Negara dengan guru honorer. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan gaji dan tunjangan yang layak kepada guru honorer dan memberikan peluang untuk kemajuan karir serta kelangsungan hidup mereka di masa tua. Pemerintah juga harus memberikan jaminan pensiun yang konkret kepada guru honorer, sehingga mereka memiliki kepastian dalam kesejahteraan di masa mendatang. Masyarakat juga perlu mendukung guru honorer dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran mereka dalam mendidik serta membentuk generasi muda. Dengan demikian, kualitas pendidikan di Indonesia bisa meningkat, dan kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan berpendidikan.

Dalam jangka panjang, kesenjangan sosial ini perlu diatasi dengan cara meningkatkan kualitas serta kesejahteraan guru honorer. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan adil untuk semua guru, tanpa membedakan status dan latar belakang. Dengan langkah ini, kita dapat membentuk generasi muda yang lebih terdidik, kompeten, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk menyadari dan berkomitmen dalam mengatasi kesenjangan sosial antara guru Abdi Negara dan guru honorer demi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. (*)

======
(INSAN FAISAL IBRAHIM. Kp. Pamalayan Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, Jawa Barat, IG: @innsanfaisal)

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini