Memaknai Momen Hari Guru Sebagai Wujud Cinta dan Penghormatan Para Siswa

Oleh: Insan Faisal Ibrahim

SETIAP tahun Hari Guru dirayakan dengan penuh semangat di berbagai sekolah. Para siswa mempersiapkan acara sederhana hingga meriah untuk memberikan apresiasi kepada sosok yang setiap hari hadir mengisi ruang pengetahuan mereka. Namun ada satu hal penting yang harus selalu diingat oleh para siswa dan juga seluruh masyarakat. Perayaan Hari Guru tidak boleh dipahami sebagai ajang pemberian hadiah yang bernilai materi. Bukan pula kesempatan untuk menunjukkan bentuk gratifikasi atau sesuatu yang menyerupai sogokan. Hari Guru harus dimaknai sebagai ungkapan cinta dan penghormatan kepada figur yang telah memberikan cahaya dalam gelapnya ketidaktahuan.

Guru adalah lentera yang menyalakan jalan pemahaman. Setiap hari mereka mencurahkan tenaga dan pikiran untuk memastikan bahwa para siswanya dapat melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas. Guru memperkenalkan berbagai konsep ilmu pengetahuan. Guru mengajarkan nilai moral agar siswa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. Guru mendampingi perjalanan batin siswa ketika mereka menghadapi kegagalan dan kebingungan. Semua itu dilakukan tanpa mengharapkan imbalan berupa hadiah. Yang mereka tunggu hanyalah perubahan baik dari para siswa yang menjadi amanah mereka. Oleh karena itu momen Hari Guru harus dikembalikan pada makna spiritual dan moral yang sejati. Ketika siswa membawa bunga sederhana atau menuliskan surat ucapan terima kasih maka itu jauh lebih berharga daripada bingkisan mahal. Ketulusan adalah inti penghormatan. Cinta yang murni kepada guru bukan lahir dari keinginan untuk memberi hadiah mewah melainkan dari kesadaran bahwa tanpa guru seseorang tidak akan pernah mengerti makna ilmu.

Seorang guru bukan hanya berdiri di depan kelas dan menyampaikan materi. Ia hadir sebagai pengarah kehidupan. Ketika siswa kehilangan motivasi guru memberikan semangat. Ketika siswa melakukan kesalahan guru menegur dengan kasih sayang. Ketika siswa bertanya tentang makna hidup guru menjawab dengan lembut berdasarkan pengalaman. Semua proses itu tidak pernah tampak sebagai sesuatu yang besar. Namun seiring waktu siswa akan menyadari bahwa guru adalah salah satu pilar pembentukan karakter diri mereka. Dalam budaya Indonesia guru diposisikan sebagai sosok yang sangat dihormati. Peribahasa mengatakan bahwa seorang guru adalah orang tua kedua. Tidak hanya memberikan ilmu tetapi juga memberikan perhatian, keteladanan, dan arahan moral. Perayaan Hari Guru seharusnya menjadi penguat kembali nilai itu. Bukan sekadar seremoni. Bukan pula kesempatan untuk memperlihatkan siapa yang paling banyak memberi hadiah. Melainkan momen untuk mengingat kembali mengapa profesi guru begitu mulia dan mengapa para siswa harus menjunjung tinggi keberadaannya.

Ketika sebuah sekolah merayakan Hari Guru dengan pertunjukan seni, pembacaan puisi, atau sekadar ucapan bersama maka makna itu akan terasa lebih dalam jika kegiatan dilakukan dengan penuh kesadaran. Siswa tidak perlu merasa takut jika tidak membawa hadiah materi. Sebaliknya siswa harus memahami bahwa guru akan lebih bahagia jika melihat muridnya mampu mengucapkan terima kasih dengan jujur. Guru akan lebih bangga melihat muridnya berusaha memperbaiki diri daripada menerima hadiah yang nilainya tinggi. Guru akan lebih terharu ketika melihat muridnya tumbuh menjadi pribadi yang sopan karena itu adalah bukti bahwa ilmu dan nasihatnya tidak sia-sia.

Selama ini sering muncul kekhawatiran bahwa perayaan Hari Guru telah bergeser menjadi ajang pemberian hadiah. Kekhawatiran itu sangat wajar karena semangat penghormatan yang seharusnya dijaga malah berpotensi berubah menjadi praktik yang tidak sesuai dengan nilai pendidikan. Jika perayaan hanya diisi dengan saling berlomba memberikan bingkisan maka siswa akan kehilangan makna bahwa guru dihormati bukan karena hadiah melainkan karena pengabdian dan ilmunya. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan para orang tua untuk memberikan pemahaman sejak dini bahwa cinta kepada guru tidak diukur dengan bentuk materi. Anak-anak harus diberi tahu bahwa menghormati guru berarti mendengarkan dengan baik selama proses belajar. Menghargai nasihat yang diberikan. Tidak membuat kegaduhan saat pelajaran berlangsung. Berusaha mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Itulah hadiah yang paling dinanti guru. Hadiah yang tidak bisa dinilai dengan rupiah tetapi dirasakan langsung sebagai kebahagiaan yang tulus.

Dalam perjalanan seorang siswa dari kelas rendah hingga tinggi mereka akan menemui banyak guru. Setiap guru memiliki karakter dan cara mengajar yang berbeda. Ada yang tegas. Ada yang lembut. Ada yang penuh humor. Ada pula yang sangat disiplin. Semua perbedaan itu menjadi bagian dari warna pendidikan. Hari Guru adalah momen untuk merangkul semua warna itu dengan penuh penghormatan. Merayakan seluruh jasa guru tanpa memandang gaya mengajar mereka. Karena setiap guru telah memberikan bagian terbaik dari dirinya untuk mencerdaskan bangsa.

Makna Hari Guru juga dapat dipahami sebagai ajakan untuk melihat perjuangan mereka dari kacamata yang lebih jernih. Guru sering datang lebih pagi daripada siswa. Guru membawa pekerjaan hingga ke rumah. Guru memikirkan metode pembelajaran kreatif demi memastikan siswanya mudah memahami pelajaran. Guru terkadang mengorbankan waktu istirahat demi memberikan bimbingan tambahan. Semua itu dilakukan bukan karena tuntutan hadiah tetapi karena jiwa mereka terpanggil untuk mendidik dengan sepenuh hati.

Pada akhirnya momen Hari Guru harus menjadi waktu untuk mendekatkan hati siswa kepada gurunya. Untuk menanamkan rasa terima kasih yang mendalam. Untuk menghidupkan kembali nilai penghormatan yang terkadang mulai pudar dalam dinamika zaman modern. Jika cinta dan penghormatan itu tumbuh maka hubungan guru dan siswa akan menjadi lebih kuat. Proses belajar akan berlangsung lebih hangat. Siswa akan lebih mudah menyerap pelajaran. Guru pun akan merasa dihargai dan termotivasi untuk terus mengabdi.

Hari Guru bukan tentang hadiah. Hari Guru adalah tentang cinta yang tidak bersyarat. Tentang penghormatan yang lahir dari kesadaran akan betapa pentingnya peran guru dalam kehidupan. Karena tanpa guru tidak ada masa depan yang dapat dibangun. Tanpa guru tidak ada cahaya yang menerangi jalan ilmu. Maka biarkan momen ini menjadi pengingat untuk terus menghormati guru sepanjang hidup tanpa perlu menunggu tanggal perayaan. (***)


(INSAN FAISAL IBRAHIM. Kp. Pamalayan Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, Jawa Barat. IG : @innsanfaisal)

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini