SAAT ini, dunia pendidikan tidak bisa menghindari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keterbukaan informasi secara global menuntut setiap individu harus meningkatkan kapasitas SDM nya agar mampu beradaptasi di era digital saat ini.
Adaptasi dunia pendidikan di era digital ini mengharuskan setiap pendidik mampu mengintegrasikan teknologi dengan kemampuan pedagogik dan konten dalam pendidikan atau istilah ini dikenal sebagai Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).
Pendekatan TPACK ini memungkinkan guru untuk membantu peserta didik dalam memahami konsep materi pembelajaran yang kompleks dengan cara yang lebih visual dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dengan kebutuhan siswa di era digital. Terlebih karakteristik dan gaya belajar peserta didik Gen Z dan Alpha tidak bisa lepas dari teknologi karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi digital.
Dalam dunia pendidikan, integrasi teknologi menjadi komponen utama dalam pembelajaran bagi kedua generasi ini. Teknologi tidak hanya berperan sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sarana utama dalam mendukung proses belajar mereka. Apalagi saat ini, kedua generasi tersebut dimanjakan dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI) yang membantu mereka dalam menyelesaikan semua persoalan pada kegiatan belajar dan mengajar.
Untuk mengimbangi ketergantungan peserta didik Gen Z dan Alpha terhadap Artificial Intelligence, maka dibutuhkan guru profesional di era digital. Guru akan tetap menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dalam pembelajaran, meskipun siswa Generasi Z dan Alpha sangat bergantung pada teknologi. Peran guru tidak tergantikan, tetapi telah mengalami transformasi signifikan dalam era digital ini. Jika dulu guru berperan sebagai sumber utama pengetahuan, kini mereka lebih berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan inovator dalam pembelajaran berbasis teknologi. Integrasi teknologi dalam pendidikan tidak menggantikan peran guru, melainkan memperkaya dan meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.
Mengingat peran guru yang begitu berpengaruh terhadap masa depan suatu bangsa, setiap guru harus mampu membawa perubahan serta perbaikan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia. Salah satunya dengan cara melakukan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru terhadap peserta didik. Melakukan pendekatan pembelajaran berarti menerapkan strategi tertentu dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk membantu peserta didik memahami materi dan mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Ada banyak jenis pendekatan pembelajaran yang efektif digunakan di abad 21 ini, di antaranya:
1) Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Projek atau sering dikenal dengan Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL). Pendekatan pembelajaran berbasis PBL dan PjBL ini menekankan pada penyelesaian masalah nyata dan pembuatan proyek sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan abad 21, seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas. Sebab tanpa mengembangkan keterampilan abad 21, kemungkinan besar para peserta didik tidak akan mampu bersaing dengan perubahan zaman yang semakin maju.
2) Pendekatan Differentiation Based Learning (DBL)/Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam dari setiap peserta didik. Dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi ini membantu kesulitan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang dilihat berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Hal tersebut, membantu siswa merasa dihargai dan memungkinkan mereka belajar dengan cara yang paling efektif.
3) Pendekatan Pembelajaran Berbasis Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu. Pembelajaran mendalam ini erat kaitannya dengan prinsip memanusiakan manusia layaknya manusia terutama bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
Pendekatan pendidikan layanan Anak Berkebutuhan Khusus (Pendidikan Inklusif) memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Namun tidak sedikit dari orang tua atau anak yang berkebutuhan khusus tersebut mau terbuka dan cenderung mengasingkan dirinya sendiri. Sehingga hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan tidak bisa mereka rasakan seperti yang lainnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, lembaga pendidikan perlu melakukan pendekatan dan strategi layanan bimbingan konseling untuk supervisi klinis dalam membantu peserta didik mengatasi masalah pribadi, sosial, akademik, serta perencanaan karier yang dapat mendukung pencapaian perkembangan yang optimal. (***)
(INSAN FAISAL IBRAHIM. Kp. Pamalayan Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, Jawa Barat. IG: @innsanfaisal)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.