Hut Ri

Bawang Merah dan Tiket Pesawat Jadi Pendorong Utama Inflasi Kalteng Juni 2025

Palangka Raya, kantamedia.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah menyampaikan bahwa laju inflasi secara month-to-month (m-to-m) pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,32 persen, menempatkan Kalteng pada peringkat ke-12 inflasi tertinggi secara nasional. Secara year-on-year (y-on-y), inflasi tercatat sebesar 1,06 persen, sementara secara year-to-date (y-to-d) mencapai 1,08 persen.

Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, menyampaikan keterangan resmi di Palangka Raya, Selasa (1/7/2025) . Dalam penjelasannya, ia mengungkapkan bahwa kenaikan harga pada komoditas hortikultura dan transportasi udara menjadi faktor dominan dalam mendorong inflasi bulanan di Kalteng.

“Bawang merah memberikan andil inflasi sebesar 0,16 persen, disusul oleh angkutan udara sebesar 0,05 persen. Selain itu, komoditas seperti ikan peda, cabai rawit, dan rokok kretek mesin juga memberikan kontribusi terhadap inflasi Juni,” ujar Agnes.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sejumlah komoditas makanan siap saji, seperti ikan bakar dan soto, juga masuk dalam daftar penyumbang inflasi. Di sisi lain, beberapa komoditas mencatat penurunan harga, antara lain beras (−0,07 persen), ikan nila (−0,02 persen), dan bensin (−0,02 persen), yang memberikan kontribusi terhadap peredaman inflasi.

Secara spasial, seluruh wilayah pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kalimantan Tengah mengalami inflasi. Kabupaten Kapuas mencatat inflasi tertinggi sebesar 0,46 persen, diikuti oleh Kota Sampit 0,43 persen, Palangka Raya 0,19 persen, dan Sukamara 0,06 persen.

“Komoditas bawang merah dan cabai rawit menjadi faktor inflasi yang merata di keempat wilayah tersebut,” ungkap Agnes dalam forum pemaparan data statistik bulanan.

Ia menambahkan bahwa salah satu penyebab utama lonjakan harga bawang merah adalah menurunnya pasokan dari wilayah sentra produksi seperti Bima, Brebes, dan Probolinggo. Di sisi lain, penurunan harga beras disebabkan oleh kebijakan pengeluaran stok menjelang masa panen raya, khususnya di wilayah Kapuas.

“Harga-harga yang naik umumnya berkaitan dengan pasokan lintas pulau, sehingga distribusi masih menjadi isu strategis dalam pengendalian inflasi,” imbuhnya.

Dengan inflasi y-on-y sebesar 1,06 persen, Kalteng masih berada dalam batas aman, di bawah target nasional 2,5 persen ±1 persen. Namun, BPS mengingatkan bahwa fluktuasi harga pada sektor hortikultura dan transportasi perlu menjadi perhatian lintas sektor, mengingat dampaknya langsung terhadap daya beli masyarakat.

“Koordinasi antarinstansi, penguatan distribusi pangan, dan antisipasi tekanan musiman menjadi kunci stabilitas harga daerah ke depan,” pungkas Agnes.

Data inflasi bulanan ini diharapkan menjadi landasan bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan langkah-langkah stabilisasi harga secara efektif, sekaligus memperkuat sistem perlindungan konsumen di Kalimantan Tengah. (daw)

Bagikan berita ini