Cabai Rawit, Ayam Ras dan Tomat Picu Inflasi Kalteng Juli 2025

Palangka Raya, kantamedia.com – Provinsi Kalimantan Tengah mencatat inflasi sebesar 0,38 persen pada Juli 2025 secara month-to-month (m-to-m). Inflasi ini menempatkan Kalteng di peringkat ke-22 secara nasional. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, pada Jumat (1/8/2025) di Palangka Raya.

Agnes menjelaskan, secara tahunan (year-on-year/y-on-y), inflasi di Kalteng mencapai 2,13 persen, sedangkan secara tahun kalender (year-to-date/y-to-d), angka inflasi mencapai 1,46 persen. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, Kalteng sedikit lebih tinggi pada skala bulanan. Nasional mencatat inflasi m-to-m sebesar 0,30 persen dan y-on-y sebesar 2,37 persen.

Lebih lanjut, Agnes merinci komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi bulanan di Kalimantan Tengah. Cabai rawit memberikan andil terbesar sebesar 0,11 persen, disusul daging ayam ras sebesar 0,10 persen dan tomat sebesar 0,09 persen.

Selain itu, kopi bubuk, sigaret kretek mesin (SKM), nasi dengan lauk, bawang merah, bensin, biaya taman kanak-kanak, dan sekolah dasar turut menyumbang inflasi dengan andil antara 0,02 hingga 0,07 persen.

“Faktor utama penyebab kenaikan harga cabai rawit adalah menurunnya produksi lokal karena belum memasuki masa panen, sementara pasokan dari luar provinsi seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Jawa juga terbatas,” terang Agnes.

Sedangkan kenaikan harga ayam ras terjadi karena terbatasnya pasokan ayam siap potong di awal Juli. Tomat mengalami lonjakan harga akibat gagal panen di sejumlah daerah penghasil lokal.

Meski demikian, ada komoditas yang justru mengalami penurunan harga dan menahan laju inflasi. Ikan gabus tercatat menyumbang deflasi sebesar 0,14 persen, sedangkan tarif angkutan udara turun dengan andil deflasi sebesar 0,07 persen.

Secara spasial, keempat kabupaten/kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kalimantan Tengah seluruhnya mengalami inflasi. Kabupaten Kapuas mencatat inflasi tertinggi sebesar 0,59 persen, diikuti Sampit 0,54 persen, Sukamara 0,39 persen, dan Kota Palangka Raya 0,14 persen. Komoditas pemicu inflasi di seluruh wilayah ini relatif serupa, yakni cabai rawit, daging ayam ras, dan tomat.

Dengan kondisi tersebut, Agnes menekankan pentingnya penguatan ketahanan pasokan pangan dan stabilisasi harga menjelang bulan-bulan krusial pengeluaran rumah tangga. “Stok dan distribusi komoditas pangan strategis harus diantisipasi, terutama menghadapi musim kemarau yang dapat mempengaruhi pasokan,” tutupnya. (daw)

Bagikan berita ini