Amalan dan Larangan Selama Tasyrik, 3 Hari setelah Iduladha

Kantamedia.com – Hari tasyrik adalah tiga hari istimewa dalam Islam yang jatuh pada 11, 12, dan 13 Zulhijah, tepat setelah hari raya Iduladha. Hari-hari ini memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam, berhubungan erat dengan ibadah kurban dan aktivitas jemaah haji di Mina, seperti melempar jamrah.

Istilah “tasyrik” berasal dari kata Arab “tasyriq”, yang merujuk pada penghadapan ke arah timur atau menjemur daging kurban di bawah sinar matahari untuk dijadikan dendeng, sebagaimana praktik masyarakat pada masa Rasulullah SAW.

Berikut ini deretan amalan yang dianjurkan dan larangan yang perlu diperhatikan selama hari tasyrik untuk memaksimalkan keberkahan dan pahala.

Amalan yang Dianjurkan pada Hari Tasyrik

Hari tasyrik adalah waktu untuk memperbanyak ibadah dan kebaikan sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah Swt. Berikut ini beberapa amalan sunah yang dapat dilakukan.

1. Menyembelih hewan kurban

Bagi umat Islam yang mampu secara finansial, menyembelih hewan kurban, seperti kambing, domba, sapi, atau unta, adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Ibadah ini dapat dilakukan mulai dari 10 Zulhijah (Iduladha) hingga matahari terbenam pada tanggal 13 Zulhijah. Hewan kurban harus memenuhi syarat, yaitu sehat, tidak cacat, cukup umur, dan berkualitas baik.

Dengan berkurban, umat Islam dapat berbagi kebahagiaan melalui daging kurban kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan. Rasulullah SAW bersabda, “Di setiap hari tasyrik adalah penyembelihan”. (HR Ahmad)

2. Memperbanyak zikir, takbir, tahmid, dan tahlil

Hari tasyrik dikenal sebagai hari untuk memperbanyak zikir kepada Allah Swt. Umat Islam dianjurkan untuk mengumandangkan takbir setelah salat wajib, sebagaimana praktik sahabat seperti Ibnu Umar dan Abu Hurairah.

Dalam mazhab Syafi’i, terdapat dua jenis takbir, yaitu takbir mutlak (dilakukan kapan saja sejak malam hari Arafah hingga akhir hari tasyrik) dan takbir muqayyad (dilakukan setelah salat wajib).

Bacaan takbir, seperti “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar” menjadi cara untuk mengagungkan Allah. Selain itu, memperbanyak tahmid (Alhamdulillah) dan tahlil (La ilaha illallah) juga dianjurkan untuk meningkatkan ketakwaan.

3. Berdoa terutama doa sapu jagat

Berdoa adalah amalan utama di hari tasyrik, karena doa pada hari-hari ini dianggap mustajab. Salah satu doa yang sering dipanjatkan Rasulullah SAW adalah doa sapu jagat, seperti “Rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina adzaban-nar”.

Artinya: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS Al-Baqarah: 201)

Doa ini mencakup permohonan keselamatan dunia dan akhirat, sehingga sangat dianjurkan untuk dibaca berulang-ulang.

4. Menikmati hidangan daging kurban

Hari tasyrik dikenal sebagai hari makan dan minum, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Hari tasyrik adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah”. (HR Muslim)

Umat Islam dianjurkan untuk menikmati hidangan dari daging kurban sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah. Membagikan hidangan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin juga menjadi cara untuk mempererat tali silaturahmi dan berbagi kebahagiaan.

5. Meningkatkan amal saleh lainnya

Meskipun tidak ada amalan spesifik yang ditentukan, setiap perbuatan baik di hari tasyrik memiliki keutamaan lebih besar dibandingkan hari biasa. Menurut Ibnu Abi Jamrah, amal saleh apa pun, seperti sedekah, membantu orang lain, atau membaca Al-Qur’an, memiliki nilai lebih tinggi di hari tasyrik. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak kebaikan selama periode ini.

Larangan pada Hari Tasyrik

Selain amalan, ada larangan penting yang harus dipatuhi selama hari tasyrik untuk menjaga kesucian ibadah dan menghormati makna hari ini.

1. Dilarang berpuasa

Umat Islam dilarang berpuasa pada hari tasyrik, baik puasa wajib (seperti qada Ramadan) maupun puasa sunah (seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Daud).

Larangan ini berdasarkan hadis dari Ibnu Umar: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan kurban ketika menunaikan haji”. (HR Bukhari)

Alasan larangan ini adalah karena hari tasyrik adalah waktu untuk menikmati hidangan daging kurban dan bersyukur atas nikmat Allah. Puasa pada hari ini dapat mengurangi esensi syukur dan kebahagiaan yang dianjurkan.

2. Menghindari perbuatan yang mengurangi kekhusyukan ibadah

Meskipun tidak disebutkan secara spesifik, umat Islam dianjurkan untuk menjauhi perbuatan yang dapat mengurangi kekhusyukan, seperti berbuat dosa, berkata buruk, atau menyia-nyiakan waktu. Hari tasyrik adalah momen untuk fokus pada ibadah dan kebaikan, sehingga perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam sebaiknya dihindari.

3. Makna dan keutamaan hari tasyrik

Hari tasyrik memiliki keutamaan besar karena merupakan bagian dari rangkaian ibadah di bulan Zulhijah, yang dikenal sebagai bulan penuh berkah. Menurut Kinanah Al Quraisy, doa yang dipanjatkan pada hari-hari istimewa itu tidak akan tertolak, menjadikannya waktu istimewa untuk memohon ampunan dan kebaikan.

Selain itu, hari tasyrik mencerminkan keseimbangan antara menikmati nikmat dunia (makan dan minum) dan meningkatkan ibadah spiritual (zikir dan doa). Dengan memanfaatkan hari-hari ini dengan baik, umat Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memperoleh pahala berlimpah.

Hari tasyrik adalah waktu istimewa untuk memperbanyak ibadah sekaligus menikmati nikmat Allah Swt melalui hidangan kurban. Amalan seperti menyembelih hewan kurban, berdzikir, bertakbir, berdoa, dan berbagi makanan menjadi cara untuk mengisi hari-hari ini dengan kebaikan.

Di sisi lain, larangan berpuasa menjadi pengingat hari tasyrik adalah momen untuk bersyukur dan bersuka cita. Dengan memahami amalan dan larangan ini, umat Islam dapat menjalani hari tasyrik dengan penuh makna dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. (*)

Bagikan berita ini