Kantamedia.com – Pelecehan mental sering kali tidak disadari karena tidak meninggalkan bekas luka secara fisik. Namun, dampaknya bisa jauh lebih dalam. Saat seseorang terus diremehkan, dikontrol secara halus, atau dibuat merasa bersalah tanpa alasan jelas, bisa jadi itu bentuk pelecehan mental yang terselubung.
Hal yang lebih berbahaya, pelaku sering memutarbalikkan keadaan yang membuat korbannya terjebak dalam perasaan bersalah. Sebenarnya ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang sedang mengalami pelecehan mental.
Melansir Calm, berikut 5 pelecehan mental yang bisa sangat berbahaya bagi kesehatan emosional namun sering diabaikan.
1. Gaslighting dan Mengabaikan Perasaan
Ketika seseorang terus memutarbalikkan fakta atau membuat kamu meragukan realitas sendiri, itu disebut gaslighting. Ini bisa membuat kamu percaya bahwa kamulah masalahnya, padahal sebenarnya pelaku kekerasan sedang memanipulasi kamu.
Mengabaikan perasaan juga termasuk bentuk pelecehan mental. Pelaku membuat kamu merasa emosi yang kamu rasakan tidak valid, seolah-olah kamu berlebihan atau tidak cukup kuat. Kalau kamu terus dibuat merasa bersalah saat mengekspresikan perasaan, itu tanda bahaya.
2. Kritik atau Merendahkan yang Terus-Menerus
Kritik membangun bisa membantu seseorang berkembang, tapi kalau dilakukan terus-menerus dan dengan nada merendahkan, itu bisa menjadi bentuk pelecehan emosional. Kritik seperti ini bisa merusak harga diri kamu seiring berjalannya waktu.
Kamu jadi takut berbuat salah, bahkan kehilangan jati diri karena terus berusaha memenuhi standar orang lain. Ingat, kritik yang merendahkan bisa disamarkan sebagai “lelucon” atau “nasihat bermanfaat”.
3. Isolasi dari Orang-Orang Terkasih
Salah satu tanda pelecehan mental yang sering diabaikan adalah isolasi sosial. Pelaku berusaha menjauhkan kamu dari teman, keluarga, atau siapa pun yang bisa memberi kamu dukungan emosional. Awalnya mungkin terlihat seperti perhatian, tapi lama-lama kamu akan merasa sendirian dan kehilangan koneksi dengan orang lain.
Isolasi ini membuat pelaku lebih mudah mengontrol kamu. Tanpa sadar, kamu mulai kehilangan identitas dan bergantung penuh pada hubungan tersebut. Korban kekerasan psikologis yang diisolasi dari lingkungan sosial cenderung lebih sulit keluar dari hubungan yang beracun karena rasa takut dan ketergantungan emosional.
4. Perubahan Suasana Hati atau Perilaku yang Tidak Terduga
Pelecehan mental juga bisa ditandai oleh perubahan suasana hati yang ekstrem dari pelaku. Satu saat mereka bisa sangat manis, tapi di detik berikutnya bisa marah besar tanpa alasan. Ketidakstabilan ini membuat korban selalu merasa cemas dan waspada, takut melakukan sesuatu yang memicu ledakan emosi.
Perubahan seperti ini adalah bentuk manipulasi emosional. Pelaku menggunakan kasih sayang dan kemarahan secara bergantian untuk membuat korban bingung dan tetap terikat. Pola love bombing yang diikuti dengan kemarahan berlebihan adalah strategi kontrol emosional yang umum dalam hubungan tidak sehat.
5. Pemerasan Emosional
Pemerasan emosional terjadi saat seseorang menggunakan rasa takut, bersalah, atau cinta untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Orang-orang menggunakan pemerasan emosional untuk membuat kamu merasa bersalah dan bertanggung jawab atas perilaku mereka.
Hal ini bisa membuat kamu merasa terjebak dalam siklus rasa bersalah dan takut. Hubungan seperti ini tentunya tidak sehat dan bisa menyebabkan stres berkepanjangan serta trauma emosional. Biasanya orang-orang seperti ini akan mengancam melukai diri sendiri saat kamu mencoba untuk menetapkan batasan.
Mengenali tanda-tanda pelecehan mental menjadi langkah awal untuk melindungi diri. Jangan biarkan siapa pun membuat kamu merasa kecil, tidak berharga, atau bersalah karena memiliki perasaan. (*/pri)



