MAJEDI kecewa, dia memutuskan pulang dengan perasaan gagal. Dalam hatinya Majedi berbisik, “Atau harus kurelakan saja rasa penasaran yang membelengguku ini… Ku terima saja takdir tak pernah melihat wajah Shakila…”.
Majedi masuk kedalam rumahnya, tapi semua kosong. Tak ada Bapak dan Ibunya yang akan mengomel melihat Majedi pulang dari bekerja. Kemana mereka? Tanya Majedi dalam hati. Setelah sholat isya, barulah dilihatnya Bapak dan Ibunya datang, keduanya terlihat kuyu.
“Darimana Pak, Bu?” Tanya Majedi.
“Dari Rumah Sakit…” Ibunya menjawab.
“Siapa yang sakit?” Tanyanya lagi.
“Anak Pak Farid, Shakila si gadis dengan penutup wajah itu. Dia meninggal.” Majedi seperti disambar petir.
“Kasihan sekali Pak Farid dan Bu Farid. Harus kehilangan putri satu-satunya begitu cepat.”
“Bagaimana bisa Pak?” Majedi histeris.
“Kudengar, anak gadis itu hendak ke kantor kecamatan untuk mengurus KTP. Ditengah jalan ojek yang dinaiki anak itu diserempet truk, hingga terjatuh dan dari samping dihantam Bus. Anak gadis itu meninggal saat dibawa ke rumah sakit. Kepalanya hancur…”
Majedi menjadi kaku, dia hanya diam lalu masuk ke dalam kamarnya. Hatinya berkecamuk, tak bisa percaya atas kabar yang didengarnya. Gadis berpenutup wajah itu meninggal diperjalanan menuju kantor kecamatan, menuju hasrat Majedi untuk menuntaskan rasa penasarannya. Bagaimana bisa secara tidak langsung dirinya yang membuat seseorang menjadi celaka. Bagaimana bisa!!! Jerit Majedi penuh sesal…
Dengan berat, Majedi melangkah kerumah Pak Farid. Rumah itu sudah ramai dengan warga yang melayat. Tampak Boni dan Didin berdiri sedih dipelataran rumah Pak Farid. Majedi mendekati mereka.
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.
