BI Kalteng Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Lewat Kebijakan Pro-Growth

Palangka Raya, Kantamedia.com – Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Tengah memaparkan perkembangan kebijakan moneter, kondisi ekonomi daerah, serta program strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di wilayah ini. Paparan tersebut disampaikan dalam diskusi bersama media di Kantor Perwakilan BI Kalteng, Selasa (11/11/2025).

Kepala Perwakilan BI Kalteng, Yuliansyah Andrias, menjelaskan bahwa suku bunga acuan sebesar 4,75 persen masih menjadi instrumen utama bank sentral dalam menjaga arah ekonomi nasional. “Ketika suku bunga berada pada level rendah, itu menunjukkan kebijakan pro-growth. Meski risikonya tinggi dari sisi likuiditas, posisi ini tetap dipertahankan untuk menjaga dorongan kredit,” ujarnya.

Namun, ia menekankan bahwa dampak kebijakan moneter tidak langsung terasa cepat karena masih adanya konsolidasi internal di sektor perbankan. Penyaluran kredit disebut membutuhkan waktu agar efek pelonggaran suku bunga dirasakan penuh oleh sektor riil.

Terkait isu pemotongan anggaran pemerintah pusat, Yuliansyah memastikan aktivitas proyek daerah tidak akan terganggu. “Proyek tetap berjalan, hanya mekanisme pendanaannya bergeser menjadi langsung dari kementerian. Aktivitas ekonomi daerah tidak akan terpengaruh signifikan,” jelasnya.

Ia juga menyoroti program Mitra Bisnis Besar (MBB) atau Koperasi Merah Putih yang dinilai berpotensi menjadi penggerak utama ekonomi daerah. “Model ini bisa memperkuat ekonomi lokal, hanya perlu peningkatan pelibatan UMKM dan penguatan ekonomi sirkular,” kata Yuliansyah.

Selain itu, BI Kalteng memperluas penerapan Transaksi Elektronik Pemerintah (TEP). Tahun ini, pelibatan UMKM dalam transaksi digital mencatat nilai transaksi mencapai Rp116 juta hanya dalam dua hari pelaksanaan. “Ini langkah awal yang bagus untuk percepatan digitalisasi ekonomi daerah,” tambahnya.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng, Ardian Pangestu, menyampaikan rencana kolaborasi antara program MBB dan Bulog, serta penguatan sektor peternakan ayam berbasis komunitas seperti pesantren. “Pola panen bergilir dapat menjaga keberlanjutan rantai pasok pangan,” tuturnya.

Ardian juga menilai perubahan pola konsumsi masyarakat menunjukkan stabilitas ekonomi daerah. “Kalau dulu antre panjang di restoran menjadi tren, kini masyarakat lebih selektif. Ini tanda ekonomi mulai matang,” ujarnya.

Menutup diskusi, Ardian menyinggung proyek Hotel Fugo di atas Duta Mall Palangka Raya yang akan mengusung konsep one stop shopping. Ia menyebut proyek tersebut sebagai sinyal positif bahwa investasi di Kalimantan Tengah terus bergerak. (Daw).

Bagikan berita ini