6. Polisi Peras Warga Malaysia di Konser DWP 2024
Sebanyak 18 anggota Polda Metro Jaya diduga memeras warga Malaysia yang menonton Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada 13-15 Desember 2024.
18 polisi itu berasal dari anggota Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, dan Polsek Metro Kemayoran. Kasus ini telah diambil alih oleh Divisi Propam Polri.
Awalnya, informasi yang beredar ada lebih 400 penonton DWP yang menjadi korban pemerasan polisi dengan nilai mencapai 9 juta ringgit atau sekitar Rp32 miliar. Namun dari hasil penyelidikan, korban pemerasan hanya 45 orang dengan jumlah uang yang diperas sebesar Rp2,5 miliar.
Meski masih banyak lagi anggota polisi dengan kearogansiannya, namun beberapa kasus di atas menjadi bukti perlunya pembenahan di tubuh Polri.
Reformasi Polri
Masih menurut Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto, Reformasi Polri memiliki tiga unsur yakni Struktural, Instrumental, dan Kultural. Banyaknya kasus yang melibatkan anggota Polri, sehingga yang mendesak harus dibenahi saat ini adalah Struktur dan Klutur. Sedangkan Instrumen hanya mengikuti struktur.
“Targetnya adalah perubahan Kultur menjadi lebih profesional yang makin mundur belakangan ini. Tanpa ada perubahan Struktur, Instrumen hanya perkakas seperti benda mati,” jelasnya kepada Inilah.com.
Dirinya menjelaskan, Struktur meliputi sistem kontrol dan pengawasan eksternal yang kuat secara kelembagaan yang diberi kewenangan negara. Namun sayangnya saat ini masih belum ada.
Meski diakuinya sudah ada Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), namun lembaga tersebut secara struktur tak memiliki kewenangan yang konkret terkait kontrol dan pengawasan.
Struktur itu pula yang menentukan akuntabilitas kepolisian termasuk pertanggung jawaban Kapolri pada kinerjanya setiap tahun.
Karena perbaikan Struktur tidak bisa instan, yang bisa dilakukan adalah melakukan reformasi kepemimpinan Polri.
“Fungsi kepemimpinan Polri ini penting untuk menunjukkan arah kebijakan Polri ke depan,” ujarnya.


