PSU Pilkada Barito Utara, Persaingan Birokrat dan “Pembelotan” Kader Partai

Muara Teweh, kantamedia.com – Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Barito Utara 2024 tak hanya menjadi babak baru dalam proses demokrasi lokal, tetapi juga membuka panggung bagi formasi politik yang unik dan di luar dugaan. Dua bakal pasangan calon yang kini bersiap maju, sama-sama membawa latar belakang kuat, jaringan pemerintahan luas, serta dinamika partai yang saling berkelindan.

PSU yang akan digelar pada 6 Agustus 2025 ini merupakan buntut dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 313/PHPU.BUP-XXIII/2025. MK menyatakan seluruh pasangan calon sebelumnya didiskualifikasi akibat terbukti melakukan politik uang. Artinya, bukan hanya proses pemungutan suara yang diulang, tapi juga seluruh komposisi pasangan calon harus ditentukan dari awal.

Dalam pesta demokrasi sebelumnya, pasangan Agi-Saja diusung oleh 5 parpol dengan total 14 kursi di DPRD Batara, yakni Demokrat (5 kursi), PDIP (4 kursi), NasDem (2 kursi), Golkar (2 kursi), Gerindra (1 kursi).

Sementara itu, pasangan Gogo-Helo diusung oleh koalisi partai dengan total 11 kursi DPRD, yaitu PKB (5 kursi), PPP (2 kursi), PAN (2 kursi), Hanura (1 kursi), dan PKS (1 kursi).

Sesuai putusan MK hanya memerintahkan PSU, bukan pilkada ulang. Artinya, pemungutan suara akan diisi oleh calon baru dari koalisi yang sama, sehingga tidak ada bongkar pasang koalisi. Sehingga PSU Pilkada Barito Utara yang kedua ini pun dipastikan hanya akan diikuti oleh dua pasang calon.

Shalahuddin-Felix Sonadie, Birokrat dan Kader Partai Berseberangan

Di tengah sorotan tersebut, konstelasi baru mencuat dengan aroma kejutan. Kubu 01, kini diisi oleh duet Shalahuddin – Felix Sonadie Y. Tingan.

Shalahuddin adalah sosok birokrat senior, terakhir menjabat sebagai Kepala Dinas PUPR Provinsi Kalteng (2018–2025) dan pernah menjadi Pjs. Bupati Kotawaringin Timur.

Sementara wakilnya, Felix, justru datang dari latar yang sangat berbeda: pengusaha muda sekaligus kader PDIP Barut, partai yang justru sebelumnya berada di kubu lawan.

Yang menarik, PDIP sebelumnya termasuk partai besar dalam koalisi pengusung pasangan Agi-Saja yang kini digantikan pasangan H. Jimmy Carter S.M – Ir. Inriaty Karahaweni (Kubu 02). Namun kini, salah satu tokoh muda PDIP itu justru muncul sebagai wakil dari Shalahuddin—kandidat yang diusung oleh koalisi PKB, PPP, PAN, PKS, dan Hanura.

Felix bukan sosok asing di politik Barut. Ia merupakan putra dari tokoh politik senior Yusia S. Tingan, yang punya akar kuat di Barito Utara. Di usianya yang masih muda, keterlibatan Felix dalam kontestasi ini menghadirkan warna baru—terutama karena duet Shalahuddin-Felix mencerminkan kombinasi pengalaman-pembaharuan, serta representasi pluralisme: Shalahuddin beragama Islam, Felix Kristen Protestan.

“Survei dan datanya mendukung Pak Felix. Saya yakin dengan beliau—muda, energik, dan merepresentasikan semangat baru,” ujar Shalahuddin saat konferensi pers (27/5/2025).

Felix Sonadie Y. Tingan sendiri diketahui pernah mendaftarkan diri sebagai bakal calon wakil bupati (bacawabup) Kabupaten Barito Utara untuk Pilkada Barito Utara 2024 melalui PDI-Perjuangan.

Felix datang sendiri mengembalikan formulir pendaftaran ke kantor DPC PDI-Perjuangan Barito Utara pada Senin (27/5/2024).

Jimmy-Inriaty, Kombinasi Penerus Keluarga-Birokrat

Di sisi lain, pasangan Jimmy Carter – Inriaty Karahaweni tidak kalah menarik. Jimmy selain dikenal sebagai politisi kawakan yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua III DPRD Kalteng,  dia juga merupakan paman dari calon bupati sebelumnya, Akhmad Gunadi Nadalsyah atau adik dari Nadalsyah, Bupati Barito Utara sebelumnya.

Didorongnya Jimmy Carter, tentu tidak lepas dari andil keluarga besar Nadalsyah. Hal itu pun diakui Sekretaris DPD Partai Demokrat Kalimantan Tengah, Junaidi.

“Penetapan pasangan ini merupakan hasil musyawarah antara partai dan keluarga besar Nadalsyah. Kami percaya pengalaman mereka akan menjadi modal penting untuk pembangunan Barito Utara,” ujar Junaidi, Rabu (22/5/2025)

Sedangkan Inriaty adalah birokrat perempuan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Barut. Dia dikenal aktif dalam penyusunan kebijakan lingkungan, termasuk dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2025–2045.

Pasangan ini didukung oleh barisan koalisi kuat: Demokrat, PDIP, Golkar, NasDem, dan Gerindra dengan total 14 kursi DPRD—kekuatan mayoritas dalam parlemen Barut.

Artinya, duel ini bukan hanya tentang dua pasangan baru, melainkan juga benturan dua kekuatan: dukungan arus bawah dan kesegaran figur muda di Kubu 01, melawan kekuatan struktural dan dominasi parlemen dari Kubu 02. (daw)

Bagikan berita ini