Kisah yang Salah

Oleh: Diyah Ika Sari

Aku diam sejenak. Bagaimana aku harus menjawabnya. Aku dilema. Aku hanya tidak ingin dianggap sebagai orang yang tidak setia. Tapi sejujurnya sudah tumbuh rasa suka padamu. Dan asal kamu tau aku mulai sering memikirkanmu dan merindukanmu.

“Oke.. ndak masalah kalau kamu tidak bisa menjawabnya. Tidak apa-apa. Aku mengerti.” katamu menghibur diri. Kamu pun mulai memakan camilan yang kamu pesan. Kamu anggap semua biasa saja. Seolah-olah tidak ada pembicaraan serius di antara kita. Itu salah satu yang kusuka dari kamu. Kamu selalu bisa membuat segalanya menjadi santai. Jadi tidak akan terjadi ketegangan selanjutnya. Dan suasana pun menjadi ringan.

“Fito.. aku..” kucoba untuk memulai pembicaraan lagi meski dengan degupan jantung yang semakin berpacu.
Kau belalakkan matamu dan tetap mengunyah makananmu. Kau tampak lucu dengan model seperti itu.
“Aku.. aku.. sebenarnya mulai.. mulai menyukaimu.” tiba-tiba air mataku mulai menetes. Ternyata aku sudah tidak sanggup menahannya.

Kamu segera pindah tempat duduk. Dan sekarang kamu sudah berada di sampingku. “Hei.. don’t cry.” katamu sambil mengusap air mataku. Tapi air mataku semakin deras mengalir. Aku sudah tidak bisa bertoleransi dengan perasaan.

“Boleh aku memelukmu?” tawarmu saat itu. “Oh.. tidak boleh. Aku tidak boleh melakukan itu. Pertanyaan bodoh.” lanjutmu kemudian. Tapi tiba-tiba kamu tetap memelukku. Erat dan semakin erat. Aku merasa sangat nyaman saat itu. Aku terlindungi dan bebanku terasa ringan.
“Maaf aku melakukan ini. Tapi aku hanya tidak ingin membuat kamu merasa berat.” katamu lirih sambil mengelus punggungku.

Aku melepaskan pelukanmu saat merasa sudah cukup tenang. Kemudian kamu meraih kedua pipiku lalu berkata, “Bagaimana kalau aku menjadi selingkuhanmu?” Aku tercekat.
“Oh.. pertanyaan yang salah. Maaf, aku hanya bercanda.” katamu kemudian sambil nyengir.

Fito, sesungguhnya aku tidak ingin mengakhiri hari ini. Sesungguhnya aku masih ingin bersamamu. Sesungguhnya aku masih ingin ribut denganmu, kesal denganmu, cemberut denganmu. Sesungguhnya aku masih ingin menciptakan banyak warna denganmu. Sesungguhnya aku masih ingin kamu kuatkan di setiap jatuhku. Dan masih banyak sesungguhnya yang tidak bisa aku ungkapkan karena sebesar apapun keinginanku itu semua hanya akan menjadi fatamorgana. (*)


Disclaimer
(Cerpen Karangan Diyah Ika Sari ini telah dipublikasikan pertama kali di situs Cerpenmu)

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini