Kabut ini kian menebal.
Merasuk sukma dengan terjal.
Menguasai medan perang dengan lantang.
Menyuarakan gemuruh hujan yang menerjang.
Kabut yang dulu dikuasai oleh hutan.
Kini menjelma menjadi sosok yang memiliki kekuatan.
Segala bentuk jenis penghalang.
Satu demi satu kini mulai tumbang.
Kabut yang dulu sangat tenang.
Kini mulai menentang awan.
Mengakuisisi marwah awan dengan lantang.
Demi melepaskan citra kaki tangan dari sang awan.
Kabut yang dulu terlihat ramah.
Kini mulai menunjukkan amarah.
Mengubah citra yang dulu dianggap lemah.
Menjadi sosok yang berdiri tegap nan gagah.
Kabut yang dulu hanya dianggap gumpalan asap.
Kini mulai mampu untuk berdiri tegap.
Meskipun sebentar lagi ia tertidur lelap.
Tapi kedudukannya tidak akan pernah lenyap.
Kabut yang dulu banyak ditentang.
Kini mulai berteman dengan yang menentang.
Mengusung sebuah kekuatan.
Untuk tetap mempertahankan daulatnya kekuasaan.
Sang kabut kini mulai berani untuk terbang.
Membawa sekumpulan asap kecil untuk berperang.
Berperang melawan pihak yang membela alam.
Demi menjaga sebuah ideologi agar tidak tenggelam.
Alam kini sedang diserang.
Ditentang dengan parang.
Menginjak sebuah kedaulatan.
Demi memenuhi hasrat kekuasaan.
Indonesia, 23 Agustus 2024
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.