Mencintai dan Memaafkan

Oleh: Athaya Haidaranis Nadhira

“Rosa Irawan, istri dari Ridwan Irawan seorang yang seperti kita ketahui merupakan pemilik dari Irawan Group diketahui selingkuh dengan seorang aktor perfilman papan atas Indonesia, Dimas Fariz. Mereka tertangkap kamera sedang berpelukan mesra layaknya dua orang remaja yang sedang jatuh cinta. Berita ini tentunya mengguncang dunia intertaiment maupun dunia bisnis Indonesia. Apalagi seperti yang selama ini kita ketahui pernikahan Ridwan dan Rosa Irawan tidak bisa dikatakan harmonis. Tentunya, pemirsa, yang paling menderita akibat kasus ini adalah putri tunggal mereka, Maura Kalena Irawan…”

Maura langsung mematikan televisi begitu foto mama dan Oom Dimas ditampilkan pada layar. Maura tahu belakangan mama dekat dengan Oom Dimas dikarenakan alasan bisnis. Saat Maura sedang merenungi hidupnya yang semakin berantakan, pintu kamarnya dibuka paksa. Terlihat mamanya dengan keringat yang bercucuran deras dan napas yang tersengal-sengal. Matanya menatap Maura meminta iba.

“Ma, Maura lagi pengen sendiri.”

“Kamu pasti udah denger berita. Kamu gak boleh percaya sama itu. Kamu harus percaya sama mama, wanita yang melahirkan kamu. Kamu harusnya tahu Maura, semua itu tadi bukan apa-apa.” Maura tetap diam di tempatnya dan menatap mamanya tanpa ekspresi.

Maura tersenyum sedih. “Bukan apa-apa tapi pelukan di tempat umum? Maura aja nggak pernah dipeluk. Ha ha.” Maura tertawa sarkatis. Mamanya kembali menggila. Ia kembali berteriak-teriak memanggil nama Maura dan menangis meraung-raung. Maura dengan santainya berjalan keluar kamar, menuju ke kamar tamu di sebelah kamarnya dan mengunci pintunya dengan kasar. Ia tahu hal seperti ini pasti akan terjadi suatu saat nanti.

“Sekarang mama tahu kan, rasanya diabaikan…” Maura berkata lirih dan berusaha tidur ketika suara papanya terdengar menggelegar di dalam rumah.

Sesudahnya hari-hari Maura terasa berjalan begitu lambat. Semua hal buruk dalam mimpi tergelapnya datang bertubi-tubi menimpa pundaknya. Mama dirawat di rumah sakit jiwa akibat guncangan mental yang dideritanya beberapa saat setelah berita perselingkuhan itu mucul ke permukaan. Papa pergi meninggalkan rumah di hari yang sama dan tidak pernah Maura lihat lagi. Orang-orang masih berpikir hidup Maura sempurna, sementara Maura tidak menginginkan apa-apa lagi selain keutuhan keluarganya kembali.

Ini sudah hari ketiga setelah mama dirawat di rumah sakit. Hari ini hati Maura akhirnya luluh dan memutuskan untuk menjenguk mama. Maura membawa bunga mawar dan sekotak puding karamel kesukaan mama. Begitu Maura tiba di kamar yang ditunjukkan oleh perawat, Maura tidak melihat siapa-siapa kecuali seorang wanita sedang terbaring dengan tangan dan kaki yang diikat kain. Dengan rambut acak-acakan dan pandangan yang kosong, setiap beberapa detik sekali ia selalu menggumamkan dua patah kata yang membuat hati Maura mencelos. “Maura, maaf.”

Dengan mata yang basah, Maura mendekati mamanya dan memeluknya erat sekali seperti tidak ingin kehilangan mama lagi.

“Mama, ini Maura. Maura bawa puding karamel.” Maura berkata pelan-pelan kepada mamanya dengan suara bergetar menahan tangis. Tangannya mengelus rambut mamanya penuh sayang, dan mengecup pipi mamanya pelan. Mama bereaksi sedikit, ditolehkannya kepala ke arah Maura.

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini