Kali ini saat pulang, Mali kembali memandangi rumah Yanto, dan bendera itu masih nihil. Mali tak dapat mengendalikan rasa ingin tahunya. Selepas Isya didatanginya Yanto yang tengah asik minum kopi di serambi rumahnya.
“Tak kau pasang Bendera Merah Putih di rumahmu, To?” tanya Mali.
Yanto menyeruput kopinya, lalu menjawab, “Tak dulu lah, Bang” jawab Yanto enteng.
“Kenapa?” tanya Mali kaget. Yanto tertawa geli.
“Tak apalah hanya bendera saja ini Bang. Tak ada uang untuk beli benderanya. Toh hanya dipasang satu dua hari saja. Aku tak pasang pun yang lain akan tetap pasang. Tak ku pasang pun, negara ini tetap begini-begini saja,” Yanto terkekeh. Mendengarnya Mali naik pitam. Mali pulang ke rumahnya, merangsek masuk dengan wajah merah padam. Diambilnya bendera yang telah disiapkannya untuk dibeli oleh Yanto dalam lemari. Tak lupa Mali mampir ke dapur mengambil parang dan bergegas kembali ke rumah Yanto.
“Kau beli Rp 35.000, atau kita baku hantam?” tanya Mali. Yanto kaget melihat tingkah Mali mengacungkan Parang sambil menjulurkan sebuah Bendera Merah Putih di dalam plastik. Ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajah Yanto.
“Kau hargai berapa jasa para pahlawan yang telah memerdekakan turun temurun keluargamu, Hah?” tanya Mali sambil berteriak dan mengacungkan parangnya.
“Menghormati mereka dengan hanya memasang bendera di rumahmu saja kau tak sanggup! Tak tahu budi kau rupanya?” teriak Mali lagi. Warga datang berkerumun. Pemandangan itu begitu menghebohkan. Dengan pucat pasi Yanto segera memanggil istrinya untuk meminta uang Rp 35.000 dan membayarkannya pada Mali.
“Pasang!” perintah Mali. Yantopun dengan gemetar menuruti perintah itu.
“Kita boleh miskin, tapi kita tahu diri. Kita punya hutang budi pada mereka yang telah mati! Mengorbankan diri demi berdirinya bangsa ini. Tapi, hanya pasang bendera saja kita tidak sudi? Dikutukilah kita yang tak tahu balas budi ini!” Mali mengacungkan parangnya.
“Merdeka!” Pekik Mali yang disambut tepuk tangan seluruh warga. Malam itu, menjadi saksi, tak satupun rumah yang tidak mengibarkan Bendera Sang Saka Merah Putih di depannya. (***)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.