Betapa banyak akal Majedi untuk berusaha mengetahui wajah Shakila. Dari menawarkan Shakila makanan agar dia membuka penutup wajahnya hingga menakutinya “sepertinya ada laba-laba masuk kepenutup wajahmu!” tapi tak pernah berhasil. Tak jarang dalam mimpi, Majedi melihat Shakila. Saat sampai dimana Shakila akan membuka penutup wajahnya tiba-tiba Majedi terbangun karena teriakan Ibunya yang menyuruhnya untuk sholat ke Masjid. Jengkel hati Majedi, bahkan dimimpipun tak tampak wajah Shakila. Dan ini menghantuinya hingga dia tumbuh dewasa.
Dalam lubuk hatinya, Majedi mulai mempercayai kata-kata Bapaknya, si Pak RT yang mengatakan ‘mungkin Shakila terlalu cantik’. Tak mungkin mata yang menyihirnya bukan mata seorang gadis cantik. Tapi seringkali goyahlah hati Majedi jika sedang berkumpul dengan teman-teman dilingkungan rumahnya.
“Taukah kau, ada yang pernah bilang padaku, tentang bagaimana wajah Shakila!” Boni membuka percakapan dengan topik yang selalu seru dibicarakan walau kadang akhirnya terjadi pertengkaran karena beda pendapat. Semua orang menatap Boni, menunggu apa gerangan yang akan dikatakan Boni.
“Taukah kau… Shakila adalah teman satu kelas dari sepupuku Niana. Saat kemarin mereka ujian praktik salat di sekolahnya, saat berwudhu itu…” semua orang tegang. Boni sengaja membuat yang lain penasaran.
“Apa yang dilihat Niana, Bang?”
“Tompel! Tompel sebesar kue apem!” semua orang terperanjat. Tak lama dari belakang Didin menyahut.
“Alah, kata-kata Niana kau percaya, kemarin dia bilang dapat telpon langsung dari Justin Bieber!” semua orang tertawa. Boni tampak geram. Didin melanjutkan.
“Yang benar adalah informanku, yang benar-benar pernah melihat wajah Shakila. Dia adalah Bibi Sum, tukang pijet yang pernah memijat kaki Shakila saat jatuh dari sepeda.” Didin berkelakar.
“Apa kata Bi’ Sum, Din?” Majedi penasaran.
“Wajah Shakila, secantik Putri Diana!” Didin tampak bangga. Majedi merosot.
“Din, tak kupercaya apa yang kau katakan. Kau yakin Bi’ Sum pernah melihat wajah Putri Diana yang ratu Inggris itu? Halah, tak ada yang becus.”
“Paling tidak kami berusaha Jed, mencari informasi. Tidak seperti kau!” Boni tak mau kalah. Majedi memandang teman-temannya, lalu berkata,
“Tunggulah akan tiba masanya, akan kuceritakan pada kalian hei anak-anak bujang kurang informasi, bagaimana rupa Shakila, gadis dengan penutup wajah itu!”. Dan itu kemudian menjadi sumpah dan tekad Majedi. (Bersambung)
(*Cerpen ini adalah karya Mira D. Lazuba yang memenangkan kompetisi lomba Antologi “Ketika Rencana Tak Sesuai Realita” Penerbit NBM)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.