ENTAH mendapat inspirasi darimana, Majedi yang lulusan teknik pertanian itu ngotot untuk mendaftar sebagai petugas kecamatan. Terkhusus posisi yang dimintanya adalah juru foto KTP. Semua orang heran, mengapa Majedi begitu menginginkan posisi membosankan itu. Bapaknya, yang sudah lengser dari posisi Pak RT pun ikut geleng-geleng kepala.
“Jed, pergilah ke kota, cari pekejaan yang banyak uangnya. Kaupun sudah sarjana, Sarjana Teknik, bukan kepalang bangganya Bapakmu ini. Tapi, kau malah kekeh minta jadi juru foto KTP kecamatan. Bayaran honor mau makan apa kau, Jed? Tak malu kau pada ijazahmu?”.
“Tak apa, Pak. Rezeki bisa kucari nanti, tapi pekerjaan ini sudah jadi mimpiku sejak kecil. Seperti sudah panggilan alam.” Majedi meringis, Bapaknya hanya bisa menggeleng-geleng kepala.
“Tau kau tak mau jadi apa-apa, tak perlu kujual sawah dan kebun untuk menyekolahkanmu” Bapak Majedi menggerutu. Majedi hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia berkata, “Sedikit lagi…”
Akhirnya, posisi menjadi petugas kecamatan dengan spesialisasi juru foto KTP disandang Majedi. Cakap dia menggerakkan tangannya mengarahkan orang-orang yang akan berfoto untuk KTP “Agak menengok ke kanan… agak miring…agak monyong…” itu saja yang dikatakan Majedi didepan warga.
Sambil menikmati pekerjaan barunya, diam-diam dia mencari informasi tentang Kartu Keluarga milik Bapak Farid, ayah Shakila. Disana tertulis bahwa tahun ini Shakila genap berumur 17 tahun dan harus membuat KTP. Terkuaklah sudah alasan Majedi begitu menginginkan pekerjaan juru foto KTP. Tak akan meleset rencananya kali ini, tak dapat Shalia mengelak untuk tak membuka penutup wajahnya. Membayangkannya, jantung Majedi berdegub dengan kencang.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Majedi dengan pakaian rapi menuju rumah Shalila. Setelah sedikit berbasa-basi, Majedi berkata,
“Jadi sebenarnya kedatangan saya saat ini adalah untuk mewakili Kecamatan Desa Sukajadi dimana kami memiliki data bahwa seharusnya salah satu anak Bapak yang bernama Shakila harus sudah mengajukan pembuatan KTP Pak, dan melengkapi administarisnya di kantor kecamatan.” Majedi tersenyum.
“Oh betul itu, Masya Allah saya sampai lupa. Sudah lewat sekitar sebulan ya dari ulang tahun Shakila. Dia memang harus punya KTP segera.” Ucap Pak Farid. Senyum Majedi mengembang.
“Betul Pak!” Majedi bersemangat.
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.