“Boleh saya melihat Nak Majedi?” Tanya Ustaz Feri.
Ibu Majedi mengajak Ustaz Feri untuk masuk ke sebuah kamar dan terlihat tubuh kering kerontang Majedi tengah terbaring lemah dan matanya menerawang. Ustaz Feri membacakan doa, dan menggenggam tangan Majedi. Majedi menoleh memandang Ustaz Feri. Semua yang ada di kamar itu sontak kaget, karena itu adalah gerakan pertama Majedi sejak sebulan terakhir.
Ustaz Feri membuka bungkusan yang dari tadi dibawanya. Dia mengeluarkan cadar bewarna biru yang biasa dikenakan Shakila dan mendekapkannya di dada Majedi. Dengan tangan bergetar Majedi menyentuh cadar itu kemudian menangis terisak. Semua orang diruangan itu ikut menangis. Majedi mulai tenang didekapnya erat cadar itu. Kemudian Ustaz Feri berbisik,
“Dia sangat cantik, wajahnya sangat indah. Tak ada cela dan luka menodai wajah itu. Dia selalu tersenyum ceria. Dia sangat damai, sangat bahagia… Karena kini Allah menjaganya…”.
Mendengar ucapan Ustaz Feri terlihat Majedi tersenyum, dan mulai bernafas lega. Tak lama dekapannya menjadi lemah, dan senyumnya mengembang lebih lebar. Majedi pun menghembuskan nafar terakhirnya. Tak ada lagi penasaran di hatinya, tak ada lagi kekecewaan menghantuinya, Majedi kini telah tenang. Telah lunas rasa penasarannya… (Tamat)
(Cerpen ini adalah karya Mira D. Lazuba yang memenangkan kompetisi lomba Antologi “Ketika Rencana Tak Sesuai Realita” Penerbit NBM)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.