“Dok gimana keadaan anak dan istri saya, apakah mereka berdua baik-baik saja?”. Tanya Bang Baron.
“Alhamdulillah, anak bapak lahir dalam keadaan baik-baik saja. Akan tetapi, istri bapak tidak bisa kami selamatkan!” Jawab Dokter.
“Maksudnya gimana Dok?”. Tanya Bang Baron dengan wajah cemas.
“Istri bapak meninggal dunia setelah beberapa menit melahirkan anak bapak. Kami semua sudah berusaha sekuat tenaga, tapi apa daya… istri bapak dipanggil oleh Yang Maha Pencipta.” Jawab Dokter.
“Tiii..tidakkk, istrikuuuuu jangan tinggalkan akuuu.” Teriak Bang Baron dengan deraian air mata.
Mungkin inilah pertama kali Bang Baron mengeluarkan air mata kesedihan setelah ditinggal pergi istrinya. Meskipun dia seorang preman yang ditakuti dan disegani, nyatanya Bang Baron juga sama seperti manusia biasa yang merasa sedih dan merana ketika kehilangan wanita yang selama ini menemani masa hidupnya.
Dua puluh tahun telah berlalu, kini anak Bang Baron telah tumbuh menjadi seorang pria yang gagah seperti ayahnya. Selama dua puluh tahun, Bang Baron merawat anaknya dengan penuh kasih sayang dan dia mengajarkan semua keahlian bela diri serta ilmu kebalnya kepada anaknya dengan harapan anaknya bisa meneruskan kejayaan dirinya di mata orang-orang. Hasan adalah nama dari anak Bang Baron.
Hasan kini meneruskan rekam jejak ayahnya yang menjadi seorang preman. Selain memiliki wajah yang rupawan, Hasan juga menguasai ilmu bela diri dan ilmu kebal yang jauh lebih baik dari ayahnya dan ia sekarang menguasai keamanan wilayah perkebunan. Setiap orang yang berkebun berkewajiban untuk membayar upeti kepada Hasan sebagai bentuk upah keamanan dan Hasan pun berhasil menggantikan posisi ayahnya yang selama ini ditakuti dan disegani warga kampungnya.
Suatu hari Hasan pergi kepasar untuk mencari celah agar kekuasaannya meluas. Hasan pun berhasil membuat kegaduhan dan menantang orang-orang untuk bertarung. Hingga pada akhirnya Hasan berhasil menguasai pasar dan setiap harinya para pedagang harus memberikan setoran kepada Hasan.
Memasuki masa-masa kritis yang disebabkan oleh Virus Corona tidak membuat Hasan kebingungan atau merasa takut akan wabah tersebut. Dengan santainya Hasan berdalih bahwa Virus Corona tidak akan pernah mempan terhadap dirinya dan dia membuktikan dengan cara berkeliaran setiap hari ke jalan dan ke pasar tanpa menggunakan alat pelindung diri berupa masker.
Suatu hari Hasan hendak pergi ke pasar menggunakan angkot yang biasa ditumpangi, dan alangkah beruntungnya Hasan menemukan sebuah dompet tergeletak di bawah kursi angkot yang sedang ia naiki. Hasan pun mengambil dompet tersebut dan membuka dengan perlahan. Sontak, Hasan terkejut melihat isi dompet yang ia temukan, setumpuk uang pecahan seratus ribuan mengisi dompet tersebut dan Hasan pun memeriksa siapa pemilik dompet tersebut dengan melihat identitas dari Kartu Tanda Penduduknya.
Raut wajah bahagia terlihat pada diri Hasan setelah melihat identitas pemilik dompet tersebut. Ternyata, pemilik dompet tersebut adalah seorang gadis yang cantik rupawan dan Hasan pun seketika mencintainya. Hasan berniat untuk mengembalikan dompet tersebut dengan dalih ingin menjadi seorang pahlawan untuk menarik perhatian. Proses pencarian alamat pun berhasil Hasan lakukan, dan alangkah bahagianya Hasan bisa bertemu dengan gadis manis pemilik dompet yang ia temukan.
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.



