Pulangnya Sendu (Bagian 2)

Oleh: Mira D. Lazuba

“Aku akan memberi nama anak ini, Rindu Sendu”. Senyumku merekah, derita kehilangan Sendu seolah terangkat dan terbang ke udara.

***

Pintu gubuk kami diketuk, sambil menggendong Rindu yang kini jadi bayi cantik gemuk berusia tujuh bulan aku membuka pintu itu. Tampak seorang perempuan berdiri disana.

“Mencari siapa?” tanyaku.

“Tini?” tanyanya lagi. Aku mengangguk.

Perempuan itu berhambur memelukku. Aku masih tak mengerti. Dia menyeka air matanya. Aku menyuruhnya masuk. Perempuan itu membawa masuk kopernya yang besar.

“Ini barang-barang Sendu saat di Pondok. Saya Ranti, mantan teman satu pondok dengan Sendu”. Aku mengangguk.

“Saat mendengar kepergian Sendu, saya buru-buru mencari cara untuk kemari, tapi semua orang disini seolah tak ada yang mengenalnya. Hingga akhirnya saya ingat, Sendu sering menceritakan sahabat terbaiknya yang adalah inspirasi hidupnya, Tini namanya”. Mendengar itu jantungku berhenti, mataku berkaca-kaca.

“Sendu adalah orang yang sangat bersemangat dalam belajar di pondok. Katanya dia mau jadi ustadzah karena sudah janji sama Tini,” tambahnya lagi. Aku menyeka air mataku.

“Lalu…mengapa?” tanyaku. Ranti tampak sedih.

“Kepala pondok pelakunya. Banyak korban yang dibungkam. Sendu berjuang untuk mendapatkan keadilan, tapi keadilan di dunia ini jalannya terlalu berliku…”. Mendengarnya aku tersedu.

Selamat jalan, Sendu. (TAMAT)

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini