Tanpa mengindahkan larangan kawan kawan anggota kelompoknya, Nurdin berkeras hati sendiri pergi mengantar jaring ke tengah laut. Pada hal, biasanya mengantar jaring selalu bertiga bersama teman-temanya
Dia tidak mempedulikan hujan dan angin yang masih bertiup kencang. “Ndak jauh-jauh. Lagi pula harga ikan pasti mahal di Pasar Painan”, jawab Nurdin ketika kawan kawannya melarangnya.
“Nanti cepat saja ke pantai. Paling aku juga sebentar mengantar jarring,” tambah Nurdin. Kawan kawannya yang lain mengangguk. Nurdin menghilang di balik gundukan pasir.
Nurdin memang rajin dan selalu tekun dalam melaksanakan pekejaannya. Dia ingin sekali mencukupi kebutuhan hariannya. Apalagi setelah anak keduanya lahir 2 tahun yang lalu, dan anak pertamanya yang berumur 8 tahun juga sedang bernafsu makan banyak.
Di tengah gerimis hujan Nurdin menuju perahu. Mendorong perahu sendirian dan menghidupkan mesin tempelnya. Dengan cekatan perahu Nurdin sudah bergerak menembus gelombang yang masih besar. Di tengah laut Teluk Sungai Nipah awan tebal menghalang jarak pandang, hingga tanpa terasa perahu Nurdin hampir mendekati Pulau Semangki Ketek, di depan Teluk Painan.
Hujan makin besar, dan angin badai pun semakin kuat. Gelombang menerjang perahu. Tiba tiba mesin tempel perahunya mati, sehingga guncangan gelombang makin menggila dan gerakan perahu tidak dapat dikendalikan dengan alunan dayung. Perahu yang masih bermuatan jaring karena belum sempat ditebar, terasa sangat berat untuk didorong ke tepi dengan dayung seorang diri.
Pada saat Nurdin berusaha merapat ke Pulau Semangki Gadang, tiba–tiba perahunya di hantam gelombang besar, dan seketika perahunya pecah, jaringnya bertebaran. Nurdin terlempar ke laut. Tangannya berusaha menggapai perahu yang telah terisi penuh air laut. Namun arus gelombang makin menjauhkannya dari perahu. Sebagai seorang nelayan yang sudah biasa menghadapi gelombang dan angin badai, dia berusaha mengendalikan diri. Dia berenang sekuat tenaga menuju pantai Pulau Semangki Gadang.
Gelombang makin besar. Angin badai dan hujan lebat seperti menumpahkan air. Di saat Nurdin hampir mencapai pantai Pulau Semangki. Tiba tiba, kepala Nurdin terbentur batu karang. Seketika darah bercucuran dari kepalanya. Dia terus berenang menggapai pantai. Namun gelombang berikut menariknya lagi ke tengah. Tak ada yang dapat menolong. Nurdin kehilangan tenaga, hingga dia tak sadarkan diri. Didorong ombak kian kemari. Tubuhnya dihempaskan lagi oleh terjangan gelombang pada badan perahu. Nyawanya melayang seiring merah darahnya yang makin banyak mewarnai air laut sekitarnya. Tubuhnya yang sudah tidak berdaya dihempas gelombang kian kemari.
Setelah badai berlalu, dan gelombang mereda, kawan kawannya berkumpul di pantai menunggu Nurdin kembali mengantar tali pukat yang akan mereka tarik bersama sama. Sebagian kawan kawannya memandangkan pandangan jauh ke tengah laut. Tak tampak tanda tanda perahu kembali ke pantai. Biasanya tak sampai satu jam perahu Nurdin sudah terlihat kembali ke pantai.
Akhirnya kawan kawannya mulai khawatir atas Nurdin. Beberapa mengambil perahu dan melaju ke tengah laut. Ada tiga perahu yang menyisir laut. Sudah hampir satu jam mereka di laut namun perahu Nurdin belum juga diketemukan. Mereka menyisir Pulau Semangki Besar dan Semangki Kecil. Sianghari menjelang jam12:00 Nurdin di temukan mengambang oleh kawan kawannya di sebelah timur Pulau Semangki Gadang dalam kondisi tidak bernyawa lagi.
Semenjak itu Mak Imah hidup sendiri membesarkan dua orang putranya, yang kini telah dewasa dan merantau. Hingga kini Mak Imah tetap menekuni kehidupannya sebagai nelayan Teluk Sungai Nipah, sebagai wujud cintanya yang abadi kepada Nurdin. Setiap pagi, Mak Imah mengulangi kegiatannya menarik pukat bersama kawan kawan suaminya. Barangkali Mak Imah juga seorang pahlawan kehidupan. (*)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.