Kantamedia.comKantamedia.comKantamedia.com
  • HOME
  • KABAR DAERAH
    • Barito Selatan
      • Pemkab Barsel
    • Barito Timur
    • Barito Utara
    • Gunung Mas
    • Kapuas
    • Katingan
    • Kotawaringin Barat
    • Kotawaringin Timur
    • Lamandau
    • Murung Raya
    • Palangka Raya
    • Pulang Pisau
    • Seruyan
    • Sukamara
    • DPRD Kalteng
  • NASIONAL
  • NUSANTARA
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Sumatera
    • Sulawesi
  • POLITIK
  • PERISTIWA
  • OLAHRAGA
  • VIDEO
  • LAINNYA
    • Ekobis
    • Internasional
    • Kuliner
    • Lifestyle
    • Opini
    • Sastra
    • Hikmah
  • INDEX
Reading: Merayakan Penjajahan
Share
Kantamedia.comKantamedia.com
  • HOME
  • KABAR DAERAH
  • NASIONAL
  • NUSANTARA
  • POLITIK
  • PERISTIWA
  • OLAHRAGA
  • VIDEO
  • LAINNYA
  • INDEX
Search
  • HOME
  • KABAR DAERAH
    • Barito Selatan
    • Barito Timur
    • Barito Utara
    • Gunung Mas
    • Kapuas
    • Katingan
    • Kotawaringin Barat
    • Kotawaringin Timur
    • Lamandau
    • Murung Raya
    • Palangka Raya
    • Pulang Pisau
    • Seruyan
    • Sukamara
    • DPRD Kalteng
  • NASIONAL
  • NUSANTARA
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Sumatera
    • Sulawesi
  • POLITIK
  • PERISTIWA
  • OLAHRAGA
  • VIDEO
  • LAINNYA
    • Ekobis
    • Internasional
    • Kuliner
    • Lifestyle
    • Opini
    • Sastra
    • Hikmah
  • INDEX
Follow US
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
@ 2023 Copyright Kantamedia.com. Allright Reserved
Kantamedia.com > Opini > Merayakan Penjajahan

Merayakan Penjajahan

Oleh: Abdullah Wong
Jumat, 18 Agustus 2023
Share
Abdullah Wong
Abdullah Wong
SHARE

BAHWA sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dalam pekik kemerdekaan selalu muncul euforia kebebasan. Kebebasan karena diri kita merasa telah lepas dari cengkeraman para penjajah. Penjajah yang dimaksud tentu saja segala apa dan siapa yang membuat kita terpenjara, tak bebas, hingga terbatas. Karena secara fitrah, manusia tak ingin terkungkung oleh apa dan siapa pun. Sehingga kemerdekaan yang kemudian dimaknai sebagai kebebasan dari segala penjajahan dianggap sebagai hak segala bangsa. Tapi tanpa disadari, peristiwa penjajahan atas manusia itu justru muncul pada diri manusia lantaran dirinya “melakukan penjajahan” kepada dirinya sendiri dalam melihat realitas.

Bagaimana mungkin kita akan dapat memuliakan dan mengagungkan kemerdekaan sementara dalam kehidupan kita sendiri masih sering melakukan penjajahan terhadap realitas. Realitas yang murni, polos dan merdeka, begitu sering kita jajah dengan asumsi-asumsi dan persepsi-persepsi kita sendiri. Kita begitu liar memerkosa realitas dengan semau kita sendiri meski hal itu masih berlangsung di dalam pikiran kita. Bayangkan jika asumsi liar itu diwujudkan dalam praktik. Tak terbayang bagaimana kekacauan dan kebrutalan yang terjadi.

Baca juga:  Jihad Demokrasi Jelang Pemilu 2024

Di antara realitas yang kita perkosa dan kita cabik untuk dijajah adalah diri kita sendiri. Atas nama kebebasan dan kepuasan diri, kita menyusun dan membangun identitas-identitas diri bila perlu dengan harga yang sangat mahal. Setiap hari kita sibuk untuk mendesain diri, mematutkan diri, menyeting, memoles diri demi sebuah bangunan identitas diri yang kita yakini dan kita banggakan.

Kesibukan dan perjuangan kita sehari-hari adalah menciptakan ilusi demi ilusi atas nama kemerdekaan. Kerakusan dan ketamakan yang menggerogoti diri kita, sama sekali tidak dianggap sebagai penjajahan yang laten dan paling berbahaya. Kita tidak pernah merasa cukup karena wilayah penjajahan kepada kemerdekaan kita masih terus diperluas dan tak berkesudahan.

Apakah kita pernah mengamati bagaimana benteng-benteng yang selama ini mengepung dan menjajah kemerdekaan kita?

Kita merasa bukan siapa-siapa ketika tidak mengenakan dan menggunakan produk tertentu. Kita akan merasa bodoh dan terjajah karena tidak dikenal orang lain sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Kita akan merasa hina dan terbelakang lantaran tidak pernah update dan istiqamah mengikuti percepatan informasi-informasi digital. Kita juga akan merasa sesat dan jauh dari Tuhan jika tidak memiliki simbol dan atribut keagamaan. Bahkan kemerdekaan yang merupakan anugerah Tuhan begitu gampang dijajah dengan cara begitu rupa lewat kotak-kotak kebenaran seraya mendesain kostum tertentu demi asumsi kesalehan yang diperjuangkan. Betapa kita adalah segala entah yang tak berkesudahan.

Baca juga:  Baliho, Partai Politik dan Pendidikan Politik

Lantas, Siapa yang Merdeka?

Banyak orang yang menyudahi persoalan tapi belum menyelesaikan persoalan. Mungkin dirinya sudah tua secara umur, tapi belum selesai dalam usia. Mungkin seseorang sudah tidak lagi berhubungan dengan musuh atau orang yang dibenci, tapi dirinya belum selesai dengan orang yang dimaksud. Seseorang mungkin sudah menjadi pemimpin atau seorang cendekia, tapi dirinya mungkin belum selesai untuk selalu dipuja dan diagungkan.

Kemerdekaan tak cukup dengan sudah, melainkan mengandaikan adanya penyelesaian. Karena kemerdekaan adalah segala hal yang selesai. Maka kemerdekaan tidak akan pernah dirasakan dan dinikmati oleh siapa pun yang rakus dan tak pernah selesai. Selesai adalah selesai. Dalam selesai terkandung rasa cukup. Dalam selesai tersimpan rela dan keikhlasan; itulah hakikat kemerdekaan.

Baca juga:  Fenomena Kekerasan Pelajar: Ketika Pendidikan Adab Dinomorduakan

Maka, wakafa billahi syahida adalah kesadaran kemerdekaan. Begitu juga hasbunallah wa ni'mal wakil, juga merupakan rasa kemerdekaan. Bukan seperti penjajah yang merasa merdeka lantaran dapat menjajah orang lain. Justru para penjajah itulah yang terbelenggu dalam penjajahan dirinya sendiri karena mereka belum selesai.

Suatu negara dianggap merdeka karena negara tersebut dapat berdiri sendiri tanpa bergantung (independen) pada negara lain. Begitu juga seorang manusia. Ia melangkah dan bersikap dalam hidupnya tanpa merasa diikat dan terikat oleh kepentingan apa pun. Dirinya melangkah polos dan murni. Meminjam ungkapan Syekh Junaidi al-Baghdadi, an ta'budallah bilaa ‘alaqah, yakni mengabdi kepada Allah tanpa relasi kepentingan apa pun.

Akhirnya, seorang komandan upacara berjalan gagah dan tegap untuk menghadap inspektur upacara. Saat berdiri di hadapan inspektur upacara, sang komandan dengan tegas berseru, “Laporan selesai!” (***)

(Penulis: Abdullah Wong, pengurus Lembaga seni budaya Muslimin Indonesia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU))


 

Disclaimer: Tulisan opini ini dikutip dan telah tayang di laman NU online

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED: Opini
Editor 01 Kamis, 17 Agustus 2023 Jumat, 18 Agustus 2023
Share This Article
Facebook Twitter Flipboard Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Dapatkan berita terupdate KANTAMEDIA di:

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube video

POPULER PEKAN INI

Ilustrasi Anggota Kpu

Akhirnya Ditetapkan, Ini Daftar Anggota KPU 7 Kabupaten di Kalteng

sidang ben brahim

Mantan Kadisdik Kapuas Sebut Ben Brahim Minta Fee 10 Persen Setiap Proyek Fisik

Seleksi Cpns 2023

Pendaftaran Seleksi CPNS 2023 Diundur, Ini Jadwal Terbaru

Masyarakat Adat

Definisi, Hak dan Contoh Masyarakat Adat di Indonesia

Img 20230919 Wa0007

Dua Periode Jadi Pengurus, Akhirnya Maju Jadi Caleg

banner 300250

Berita Terkait Lainnya

Ilustrasi Baliho Parpol
Opini

Baliho, Partai Politik dan Pendidikan Politik

Jumat, 22 September 2023
Ilustrasi Kekerasan Pelajar
Opini

Fenomena Kekerasan Pelajar: Ketika Pendidikan Adab Dinomorduakan

Minggu, 10 September 2023
Suci Amaliyah
Opini

Perempuan Muda dalam Pusaran Demokrasi

Jumat, 8 September 2023
Rusmawati Damarsari
Opini

Nilai-Nilai Kearifan Lokal Suku Dayak dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender

Minggu, 27 Agustus 2023
Kantamedia.comKantamedia.com
Follow US
© 2023 Kantamedia.com - All Rights Reserved
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Selamat Datang

Sign in to your account

Lost your password?