Penutup Wajah Shakila (Bagian 3)

Oleh: Mira D. Lazuba

“Kasihan sekali Shakila, sungguh tidak ada yang menyangka…” ucap Boni.

“Yah, umur tak ada yang tau bro… semoga dia khusnul khotimah…” Didin menguatkan.  Majedi masih diam.

“Tak ada yang akan pernah melihat wajahnya, hingga akhir hayatnya, kudengar wajahnya hancur karena kecelakaan itu…” ucap Boni.

“Sempat ibunya berkata, Shakila menderita penyakit kulit aneh di sekitar wajahnya, dimana wajahnya akan memerah seperti udang rebus jika terkena sinar matahari sehingga dia harus selalu menutup wajahnya. Sebenarnya penyakit itu sudah sembuh saat dia mulai remaja, tapi karena sudah terbiasa akhirnya Shakila melanjutkan memakai penutup wajah. Dia merasa aman dengan menutupi wajahnya…” Didin menambahkan.

Majedi mematung dan kini mulai terisak. Didin dan Boni bingung dengan sikap Majedi.

“Kenapa kau Jed?” Tanya mereka. Majedi terus menangis. Bila saja… bila saja… begitu bisiknya dalam hati kemudian Majedi pingsan.

Sudah lebih dari tiga bulan sejak hari pemakaman Shakila, Majedi hanya bisa berbaring di tempat tidur sambil memandang ke langit-langit. Kata orang-orang Majedi kena kutuk setan E-KTP. Kedua orang tua Majedi sudah lelah meminta bantuan, dari orang pintar sampai dukun beranak tak ada yang berhasil membangunkan Majedi dari lamunan panjangnya. Semua sia-sia. Majedi menjadi kurus kering karena tak bisa makan. Dia hanya bertahan hidup dari infus yang terpasang di tangannya.

Hingga di sebuah siang, datanglah Pak Farid dan Bu Farid menjenguk Majedi. Kedatangan mereka tidak sendirian, mereka membawa seorang ustaz yang tampilannya cukup bersahaja.

“Kami datang untuk membantu Pak, kami takut sakitnya Nak Majedi dikarenakan oleh rasa bersalahnya akan kematian Shakila. Seperti yang kita tahu, Nak Majedi lah yang meminta Shakila datang untuk mengurus KTP. Tapi sama sekali kami tak menyalahkan Nak Majedi, kejadian ini adalah takdir Shakila, tak ada satupun orang yang bisa mengelak dari takdir-Nya.” Pak Farid membuka pembicaraan.

“Karenanya, kami meminta Pak Ustaz Feri untuk datang dari jauh, guna membantu. Setelah kami ceritakan tentang kejadian antara Nak Majedi dan Shakila, beliau bergegas kemari.” Bu Farid melanjutkan.

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini